Selasa, 17 Maret 2015

Dear Mamah Mertuaku...

Dear Mamah Mertuaku..
Mamah,  anakmu telah bertambah satu. Bukan karena Mamah akan melahirkan untuk kesekian kalinya — tentu tak mungkin mengingat usia Mamah yang tak lagi muda — namun karena putra Mamah yang sudah dewasa telah mempersunting seorang wanita.
Aku bersyukur bahwa wanita itu adalah aku. Akulah yang akan menjadi anak Mamah yang baru.
Terima kasih, Mamah, karena sudah mempercayakan mamas kepadaku.
Terima kasih, karena sudah merawat dan membesarkan mamas dari kecil hingga dewasa. Kini giliranku yang akan mendampinginya. 
Terima kasih, Mah, telah merelakannya.
Mamah, terima kasih karena mau membuka hati dan menerimaku ke dalam lingkar keluarga. Tahukah Mamah betapa jantungku berdegup kegirangan ketika Mamah mau menyambutku dengan tangan terbuka? 

Ya, aku tak pernah mengira jika tanggapan Mamah kepadaku akan begitu hangatnya. Apalagi karena aku gadis yang biasa-biasa saja.

Aku ingat ketika kali pertama aku diajak berkunjung ke rumah Mamah. Aku gugup luar biasa, takut jika Mamah akan menolakku. Namun nyatanya ketakutan hanya ada dalam lingkar kepalaku saja. Saat kali pertama aku tiba, Mamah langsung menyambutku dengan tangan terbuka. Mamahlah yang membuka obrolan, memahamiku yang saat itu sedang dilanda kegugupan. 
Di kunjunganku yang berikutnya Mamah tak pernah alpa untuk duduk bersamaku dan membicarakan ini-itu. Bahkan, Mamah dengan repotnya bersedia membuatkan banyak rupa makanan untukku.
Sekali lagi terima kasih Mah, sudah mau menerima gadis biasa saja seperti aku masuk ke dalam lingkar keluargamu.
Harus kuakui, Mah, aku memang gadis yang biasa saja. Aku tak pandai memulas bedak dan mengoleskan gincu. Selera pakaianku juga tidak istimewa. Pakaian yang kukenakan selalu itu-itu saja, tak lepas dari kaos, celana jeans, dan sepatu lusuh. Bahkan, aku juga tidak terlalu mengikuti gaya berpakaian gadis jaman sekarang.

Untuk urusan dapur, aku juga tak begitu lihai. Masakan andalanku hanyalah nasi goreng yang dibalut dengan telur mata sapi. Walaupun terkadang aku mencoba membuat tumis kangkung yang hasilnya jauh dari sempurna karena selalu kelebihan garam. Maafkan aku karena belum bisa menyiapkan santapan lezat sarat gizi yang biasa kau sediakan untuk Mamas.

Jika dibandingkan dengan gadis lainnya, aku memang kalah menawan. Namun, Mamah tidak usah meragukan kadar cintaku kepada Mamas. Ya, aku mencintainya dari lipatan hatiku yang paling dalam. Aku berjanji pada Mamah bahwa dengan segala kekurangan yang aku miliki aku akan membahagiakan putra kesayanganmu.

Mamah, di balik kekurangan yang aku miliki, aku selalu ingin belajar. Ya, aku ingin menjadi istri yang istimewa bagi suamiku. Aku mulai belajar mengenal ragam rempah-rempah dan membiasakan meracik bumbu di dapur. Bersediakah Mamah membagikan resep makanan kegemaran putramu? 
Aku ingin suamiku nanti bisa makan dengan lahap ketika menyantap kudapan buatanku.
Aku juga ingin Mamah tahu bahwa ada banyak hal dari Mamah yang ingin aku tiru. 
Ya, aku ingin tangguh dan serba bisa seperti mamah..

Mah, kami telah saling mengucap janji sehidup semati di depan ratusan pasang mata. Kami akan saling menautkan jemari hingga usia kami menua. Aku akan menjadi teman hidupnya yang akan selalu menemani dan sedia di sampingnya. Menemaninya melewati masa-masa suka maupun masa terendah dalam kehidupan. 
Ya, aku berjanji akan selalu ada di sisinya dalam kesenangan maupun saat duka datang bertandang.
Mamah tidak usah khawatir, Mamas tidak akan kemana-mana, ia masih akan menjadi putra kesayangan Mamah.
Mamah, tidak usah cemas jika aku akan menggantikan posisi mamah.
Karena memang ada dua tempat di lipatan hati suamiku.
Untukku, wanita yang akan mendampinginya dan untuk Mamah, wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

Dariku,
Putrimu... 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar