Aku masih Shocked dengan berita yang aku dapatkan dari Rossie, duduk didepan tv dan mencoba untuk mencari kebenaran.
Mungkin waktunya salah, aku sama sekali tidak menemukan berita apapun tentang suamiku.
Aku masuk keruang kerja Shane, tempat dimana ia bisa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk membuat lagu atau hanya sekedar browsing.
Aku memberanikan membuka laptop miliknya dan mencari-cari berita tentang kebangkrutan yang dialami perusahaan Shane dan Kakaknya.
Dan aku menemukan headline news sebuah situs berita online menuliskan ini:
'My property empire will survive': Shane Filan insists the crash hasn't left him facing disasterAku membacanya berulang-ulang. Ada foto perusahaan kami, fotoku, foto saat pernikahan kami, foto Shane dan Finbar.
Tulisan tentang bagaimana optimisnya Shane menghadapi "bencana" ini membuatku ingin sekali memeluk suamiku sekarang juga.
Ohh Tuhaaannn...
Lagi-lagi aku menangis membaca kata demi kata berita online tersebut.
Tiba-tiba Shaga datang bersama Rossie.
"Mom, why are you crying? did I hurt you?" Shaga menghampiriku dan memelukku.
"Shaga janji ga nakal, mom, jangan nangis.."
Aku memeluknya dan menghapus air mata yang terus- menerus mengalir.
Rossie melihat kearah laptop, menatap kearahku dan ikut memeluk kami berdua.
"Mommy gapapa sayang, ayok main lagi" Ucapku sambil menatap mini shane dihadapanku.
Kami bertiga kembali keruang keluarga, duduk diatas karpet bulu, menemani Shaga bermain dengan miniatur kuda kesayangannya.
xxx
Aku memutuskan untuk diam dan tidak menanyakan apapun pada Shane sampai ia sendiri yang menjelaskannya padaku.
"Hai, Hun" Sapaku sambil memeluknya, seperti biasa. Shane mencium pipiku.
Aku menatapnya dan tersenyum.
Terlihat ada guratan keheranan diwajahnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Shane sambil menatapku dan sesekali melirik kearah Mark dan Rossie.
"Ada apa? nothing!" Jawabku cepat sambil tersenyum,
"Pasti kamu lapar, makan yuk, ayo Mark, Rossie, makan" Sahutku lagi sambil melepaskan pelukannya dan berjalan kearah dapur.
Aku melihat Shane menggendong Shaga dan mendengarkan celotehan anak kami tentang "kejahatanku" yang mengusir teman barunya.
Aku menyiapkan hidangan makan malam saat itu, dan mempersilahkan Rossie dan Mark makan bersama kami. Membicarakan tentang kehamilannya membuatku iri.
Setelah makan malam selesai, Rossie membantuku membereskan meja makan.
"Gill, apa kamu akan langsung berbicara dengan Shane tentang apa yang aku ceritakan tadi?" Tanya Rossie sambil mengoper piring kepadaku.
Aku menggeleng. "Aku akan menunggu Shane sendiri yang memulai pembicaraan itu, Ross"
Rossie menatapku dan memegang bahu kananku.
"Kamu istri yang baik, aku yakin kalian bisa melewati ini bersama-sama" Kata Rossie lagi sambil memelukku.
"Thanks, Rossie" Sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak menetes.
Setelah itu Rossie dan Mark pamit untuk pulang.
Aku memintanya untuk stay dirumah kami sampai besok, karena hari semakin malam, dan Rossie sedang mengandung.
Tapi mereka menolak, Mark akan menginap dirumah adiknya di London.
xxx
Aku mengantarkan Shaga kekamarnya, membacakan dongeng sampai ia tertidur.
Setelah ia terlelap, aku mencium keningnya, mematikan lampu, dan bergegas keluar kamarnya.
Tiba-tiba Shane muncul dibalik pintu.
"Hun, kamu membuatku kaget.."
Seruku sambil berlalu pergi.
Baru beberapa langkah beranjak dari hadapannya, Shane menarik tangaku.
Aku terhenti dan menengok kearahnya.
"What's wrong hunny?" Tanyanya sambil menatapku dalam-dalam.
Aku menghindari tatapannya dan mencoba untuk berlalu.
Tapi Shane menahanku
"Hei, ada apa?" Sekali lagi Shane bertanya dan mencari arah mataku.
"Gak ada apa-apa sayang" Jawabku cepat sambil mencoba kuat menatap matanya dan tersenyum.
"Shaga bilang sama aku kalo kamu nangis tadi" Kata Shane lagi.
Aku tersentak dan segera berlalu ke kamar kami. Kali ini Shane tidak menahanku.
"Hun..." Panggil shane ketika aku sedang membereskan tempat tidur kami.
Aku menengok kearahnya dan tersenyum.
"Ya, sayang.." sahutku.
"Kamu gak bisa menyembunyikan apapun dariku" Ucap Shane sambil duduk di tempat tidur yang sedang aku rapihkan.
Aku mengangkat alisku dan masih menatapnya.
Shane menunduk dan meraih tanganku. Seakan-akan memintaku untuk duduk disampingnya.
"Tapi aku yang menyembunyikan sesuatu darimu.." Lanjut Shane, aku duduk disampingnya, tatapanku tak bisa lepas dari wajahnya.
"I'm so sorry, hun. Kamu harus tau hal ini dari orang lain. Aku hanya tidak ingin kamu ikut khawatir memikirkan soal ini" Shane masih tertunduk, tangannya masih memegang erat tanganku.
Aku mengangkat dagunya hingga kepalanya tidak lagi tertunduk.
"Shane, aku merasa tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu, aku yang harusnya minta maaf"
Ia menatapku heran. Tangannya tidak lagi menggenggam tanganku.
"Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku memikul beban seberat ini sendirian."
"Kamu sudah tau, Hun? sudah tau semuanya?"
Aku menggangguk sambil mencoba tersenyum.
"Aku tau, kenapa Maired, kakakmu, menutup butik yang kita besarkan bersama, bukan sekedar kamu takut aku terlalu cape. Aku tau kenapa kamu selalu bergegas pergi ketika Finbar menelepon, bukan karena masalah kecil yang harus kalian selesaikan dan aku juga tau kenapa kita bertiga pindah kesini...." Aku tidak lagi meneruskan perkataanku. Tenggorokanku seperti tercekik dan air mataku tak lagi bisa aku bendung.
"hunnyy...." Shane memelukku.
Kami berdua menangis, aku merasakan beban yang ditanggungnya begitu besar.
"Maafkan aku, Gill.."
"It's not your fault, hun"
"Aku shocked ketika Finbar menjelaskan bahwa Eropa mengalami krisis dan banyak perusahaan properti yang bangkrut, terlebih ketika ia mengatakan perusahaan kami termasuk didalamnya. Yang aku pikirkan saat itu adalah bagaimana cara membangkitkan perusahaan ini lagi dan bisa membayar semua hutang ke Bank tanpa harus melibatkan keluarga, khususnya kamu dan Shaga. Aku yakin aku bisa, tapi kenyataannya pinjaman Bank terus berbunga dan aku kesulitan untuk membayarnya, begitu juga Finbar." Shane menghela nafasnya.
Aku menggenggam tangannya erat. Seakan ingin memberikannya kekuatan.
"Finbar menjaminkan butik milik Maired dan kamu waktu itu karena perkembangannya pesat, sementara aku menjaminkan rumah kita. Dan saat kami tidak lagi bisa membayar, negara menyita semuanya. Itu kesalahan terbesarku, Hun. Membiarkan rumah kita disita negara dan mengajakmu tinggal di tempat ini"
"Maafkan aku.. Aku bukan suami dan ayah yang baik"
Shane menunduk dan menangis, Ia terlihat sangat menyesal.
Aku berdiri meninggalkannya dan mengambil kertas berisi berita tentang ke-bangkrut-an kami dari media Online. Shane membacanya, dan menggelengkan kepalanya.
"Setelah semua hartanya disita, untungnya dia masih punya kesempatan menyimpan satu benda berharga. Barang itu tak lain adalah cincin pernikahannya dengan Gillian." - KapanLagi.com"Apa ini benar, hun? Apa separah ini?" Tanyaku sambil menatap lekat wajahnya yang terlihat muram.
"Benar, Gill. Semua aset atas namaku dan Finbar disita negara. Aku tak lagi punya apa-apa. Hartaku yang paling berharga hanya kamu dan Shaga"
Aku memeluknya sekali lagi, membiarkan tangisnya tumpah dipelukanku.
"Hmm Shanee.." Panggilku sambil mencopot cincin pernikahan kami dari jari manisku.
"Ambillah ini untuk membayar pinjaman di Bank, mungkin tidak akan banyak, tapi akan sedikit membantu mengkikis sedikit demi sedikit" Aku menyerahkan cincin pernikahan kami kepada Shane. Ia menatapku dan air matanya mengalir.
"Jangan sayang, cincin ini tanda cinta kita, aku tidak ingin jatuh ketangan orang lain" Ia memasangkan kembali cincin pernikahan kami kejari manisku, mencium tanganku dan memelukku lagi.
Aku beranjak dan mengambilkan segelas air putih untuknya. Saat aku kembali, Shaga sudah bersama Shane diatas tempat tidur kami.
"Hey buddy, kamu bangun?" Seruku dari pintu kamar.
"Yes, mom, can i sleep with you?" Jawab Shaga sambil sesekali menguap.
"Sure" Jawabku cepat. Aku memberikan segelas air putih kepada Shane dan menghampiri malaikat kecilku.
Shaga tertidur pulas ditengah-tengah aku dan Shane. Kami menatap wajah mungilnya.
"Dia sepertimu, hun, manis sekali" Ucap Shane sambil mengusap rambut blonde Shaga.
"Dan nakal sepertimu.." Jawabku sambil tersenyum.
"Aku sangat bersyukur memiliki kalian berdua. Jangan tinggalkan aku ya hun.." Pinta Shane, kali ini ia mengelus pipiku.
"I promise.."
Dan Shane mencium bibirku.
Ya. Shaga. Si manusia kecil penuh kejutan inilah penyemangat, penghibur, dan motivasi terbesar kami untuk bangkit dari keterpurukan ini.
Kami yakin, kami bisa melewatinya bersama-sama.
-cont-
ini shaga umurnya berapa ya? 3 tahun kok udah lancar bener ngocehnya? :S
BalasHapusiya 3 tahun, cerita ke daddynya tentang curut aja bisa hihi. My-super-baby \(^o^)/
BalasHapuswhoahh.. kampretosss.. :')
BalasHapussedih ya nte? samaa *lapingus*
BalasHapus