Mereka akan mengadakan baby's shower karna kandungan Rossie sudah menginjak bulan ke-8.
Hari masih gelap, waktu menunjukan pukul 05.00 dini hari,
Satu-satunya yang bersemangat sepagi ini adalah Shaga, ia terus-menerus menanyakan kapan kami akan sampai di kediaman Mark dan Rossie.
Ia tidak sabar ketika aku memberitahunya bahwa Koa, Jay, dan Rocco akan ada disana juga. Ia telah membawa beberapa mainan kesayangannya untuk dimainkan bersama.
"Mommy, will koa's mommy give me a mice?" Tanya Shaga yg duduk dipangkuanku.
Aku melirik ke arah Shane, dan ia pun tersenyum kearah Shaga..
"Maksudmu Mickey?" Sahutnya sambil mengacak-acak rambut Shaga.
"Mickey is a mice, dad" Shaga berontak ketika ayahnya mengacak-acak rambutnya.
Aku hanya tersenyum melihat kedua lelaki ini.
Sepanjang perjalanan Shaga tak henti-hentinya bertanya tentang apapun yang ia lihat.
Shane dengan sabar menjawab semua pertanyaan Shaga.
"Dad, when the baby will born?" Tanya Shaga sambil menyandarkan badannya di badanku.
"Sekitar satu bulan lagi, nak, kenapa? Can't wait to playing with the baby, right?" Jawab Shane sambil menyentuh hidungnya.
"Ya!" jawabnya cepat sambil sesekali menguap.
Sepertinya ia mengantuk.
"I wish I can playing with a brother in home" Kata Shaga tiba-tiba, aku melihat wajahnya.
Ia tertidur, aku dan Shane saling menatap. Entah kenapa hatiku sedih.
Apakah Shaga kesepian di rumah? Apakah ia menginginkan seorang adik yang bisa ia ajak bermain?
"I wish too.." Ucapku pelan sambil menatap kosong kearah depan.
Semenjak kelahiran Shaga 3 tahun yang lalu, aku tak pernah lagi merasakan hamil.
Entah apa yang salah denganku.
Shane menyentuh pipiku dan tersenyum. Seakan mengerti apa yang sedang aku pikirkan.
"You don't have to worry hun, God have a wonderfull plan for us.."
Lagi-lagi suamiku ini membuatku terharu dan ingin memeluknya.
"Ya, ofcourse babe" Sahutku sambil tersenyum.
Sepanjang perjalanan kami berdua banyak berdiskusi tentang perusahaan dan rencana westlife reunion.
"Sepertinya aku pesimis, Westlife baru saja memutuskan untuk split up, hmmm.. "
Shane mulai ragu dengan kata-katanya. Westlife memang baru memutuskan split up setahun yang lalu, tapi aku rasa Nicky, Kian, Mark, bahkan Shane tidak terbiasa jalan sendiri-sendiri, ya walaupun aku tau mereka saling mendukung dan keluarga kami sering bertemu dan berlibur bersama.
"Aku yakin mereka akan mendukung kalian apapun yang kalian lakukan" Kataku sambil menatap wajahnya.
Selama 14 tahun, Shane, Nicky, Kian, dan Mark memang memiliki penggemar yang luar biasa banyak dan setia.
Saat mereka memutuskan untuk bubar karena sesuatu hal memang sempat ada beberapa penggemar yang marah, tapi setelah itu mereka mulai menerima dan mendukung penuh semua yang dilakukan oleh Shane, Nicky, Kian, dan Mark.
"Semoga..." Kata Shane tetap melihat ke depan.
Aku hanya tersenyum sambil menatapnya.
Mungkin apabila perusahaan kami tidak mengalami kebangkrutan, mereka masih berjalan sendiri-sendiri.
Entah ini musibah atau berkah untuk kami.
Yang pasti, everything happens for a reason.
Sesampainya di kediaman Mark dan Rossie, aku dan Shaga segera turun dari mobil sementara Shane memarkirkan mobilnya di halaman rumah.
Mark menyambut kami dengan hangat. Ia memakai kaos hitam dan jaket kulit warna senada.
"Hai ya Buddy, how are you?" Sapa Mark sambil menggendong Shaga dan mencium pipiku.
"Hai gill" sapanya lagi.
"Haii.. Acaranya sudah mulai?" Tanyaku sambil melihat ke sekeliling.
Dari luar sudah terpasang dekorasi khas baby's shower, semuanya berwarna biru.
Shane menghampiri kami sambil membawa hadiah untuk Rossie dan calon bayi mereka.
"Hai mark" sapa Shane sambil bersalaman.
"Dia sudah bertambah berat ya" kata Mark kepada Shane sambil mengacak-acak rambut Shaga.
"Ya, makannya sangat banyak" jawabku sambil tertawa kecil.
"Ayo turun, kita masuk kedalam" sahutku lagi.
Shaga hanya mengangguk dan turun dari gendongan Mark.
"Didalam sudah ada Gina dan Jodi, Gill, have fun dolls.." Kata Mark beranjak pergi ke arah mobilnya. "Oya, Pastikan Rossie tidak memakan semua cupcakesnya ya, ia membeli banyak sekali" kata mark berbalik badan sambil tertawa.
Aku mengangguk sambil tertawa kecil.
"Kami akan kerumah kian untuk membicarakan konser reuni dan akan kembali sebelum makan malam, Kian dan Nicky sudah menunggu disana." Kata shane sambil menciumku.
"Allright babe"
Shane mengangkat Shaga yang kelihatan tidak bersemangat sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Have fun buddy, jgn main tikus ya. Be good!" Seru shane sambil memeluk putra kami.
Shaga hanya mengangguk dan tersenyum.
Tidak biasanya ia seperti itu padahal tadi pagi ia kelihatan sangat bersemangat. Mungkin ia kecapean.
Aku berjalan masuk kedalam rumah sambil menuntun Shaga, dekorasinya sangat manis, banyak balon, hiasan-hiasan, cupcakes yang disusun seperti pohon natal di sudut rumah, dan banyak sekali hadiah.
"Haii darling" Sapa seorang wanita berambut blonde panjang yang sedang menggendong lelaki kecilnya.
"Hai Jodi, acaranya sudah mulai?" Sahutku sambil mencium pipinya dan menggendong Koa.
"Belum, kami menunggumu pangeran kecil" Jawab Jodi sambil berbungkuk dan mencium Shaga.
"You look sick, are you ok?" Seru Jodi sambil menempelkan telapak tangannya di kening Shaga, aku menengok ke arah mereka dan menurunkan Koa.
"Shaga sakit?" Tanya jodi kepadaku, aku menggeleng dan menggendong Shaga.
"Tadi pagi ia baik-baik saja, malah ia yang sangat bersemangat pergi kesini, mungkin ia mengantuk karna sepanjang perjalanan tadi ia tidak berhenti berdiskusi dengan ayahnya." jawabku mencoba menutupi kepanikanku.
"Shagaaa....." Panggil Jay dan Rocco bersamaan sambil berlari kearah kami.
"Haaaaiiii" sahut Shaga sambil memaksa turun dari gendonganku.
Mereka bertiga berlari ke arah halaman diikuti dengan Koa.
"Heey, hati-hati nak" kataku sedikit berteriak. Tapi sepertinya mereka sudah asik dengan mainannya.
"Sudah kubilang, ia hanya kecapean" kataku lagi sambil tersenyum.
Aku dan Jodi mengikuti mereka ke halaman belakang, meastikan bahwa mereka tidak bermain dengan binatang-binatang yang menjijikan (lagi).
"Shaga, aku punya ini, kamu mau?" Tanya Jay sambil memberikan dua batang coklat kepada Shaga.
"I love chocolate, thanks Jay" Jawab Shaga sambil mengambil coklat dari Jay.
"Kamu mau, Koa?" Tanya Shaga sambil memberikan 1 coklat kepada Koa.
Koa menggeleng sambil asik dengan mainan yang dipinjamkan Shaga kepadanya.
"Aku sudah memberikan dua coklat untuknya.." Kata Rocco sambil tersenyum.
"Jadi coklat ini untuk aku? Waah I'll give it to mommy.." Kata Shaga sumringah.
Jay dan Rocco mengangguk sambil tersenyum.
Aku hanya tersenyum melihat putra kecilku begitu baik.
"Well, guys, aku baru saja menangkap tikus dirumahku, kalian tau kan?" Kata Shaga, mukanya berubah menjadi serius. Jay dan Rocco mendekat kearah Shaga.
"Isshh, aku taku tikus, tapi aku baru saja dibelikan seekor burung hantu oleh mommy" Kata Jay antusias. "Yes, and we call it Mr. Owl" Seru Rocco sambil tersenyum.
Bocah berumur 5 tahun ini bergidik ketakutan ketika Shaga bercerita tentang tikus yang ditangkapnya.
"Oh ya? Wah, aku boleh ya bermain dengan Mr. Owl kalian" Kata Shaga antusias.
"Aku ingin mengajak kalian mencari tikus, tapi daddy tidak memperbolehkan aku bermain dengan tikus lagi" Lanjut Shaga, kali ini wajahnya terlihat murung.
Ah ia pintar sekali memainkan mimik muka, seperti Shane. Aku tersenyum.
"Lihat, sekarang bukan Koa dan aku saja yang menyukai Mickey, tapi Shaga juga" Kata Jodi sambil menepuk bahuku.
"Shaga bukan suka Mickey, tapi tikus" Sahutku sambil meninggalkan Jodi yang masih tertawa nakal.
"But Mickey is a mouse, darling" Kata Jodi sambil berlari mengejarku.
"Tapi Mickey tidak ada di dapur, apa lagi di jebakan tikus" Kataku sambil menepuk balik bahunya.
Kami berdua tertawa.
Jodi dan aku menuju ruang tengah, disana sudah ada Rossie, Gina dan beberapa keluarga yang semuanya wanita. Kami bercengkrama, tertawa, dan mendengarkan cerita tentang kehamilan Rossie.
Ia kelihatan sangat bahagia.
Hari semakin sore, semua keluarga Mark dan Rossie sudah pulang.
Aku, Gina, Jodi, dan Rossie duduk di depan perapian sambil membantu Rossie membuka hadiah-hadiah.
Sementara anak-anak masih bermain di halaman belakang.
Rumah Rossie dan Mark tidak terlalu besar, tapi sangat nyaman.
Halaman belakangnya disulap menjadi taman bunga yang indah.
Kebetulan Rossie sangat menyukai bunga dan ia bisa menghabiskan waktunya berjam-jam hanyak untuk berkebun.
"Jadi, calon anak kalian laki-laki?" Tanya Gina kepada Rossie.
"Iya, Mark sangat senang ketika tau calon anak kami laki-laki" Jawab Rossie sambil membuka beberapa hadiah.
"Koa, Jay, Rocco, dan Shaga akan punya teman bermain bola lagi" Sahut Gina.
Kami bertiga tetawa, kecuali Jodi yang asik dengan gedget-nya.
Selang beberapa menit Jodi tertawa sendiri, kami bertiga menengok kearahnya serempak.
"Hey, what's wrong darling?" Tanyaku sambil menepuk bahunya.
Rossie dan Gina tertawa.
"Oops, sorry darl, kalian harus coba aplikasi ini. Seru" Kata Jodi sambil menunjukkan i-pad nya.
"Aplikasi apa?" Tanya Gina sambil mendekat kearah Jodi.
"Twitter, darl. Banyak fans Westlife yang memohon padaku untuk menyampaikan salam kepada Kian, kata-katanya beragam, lucu.." Jelas Jodi sambil tertawa kecil.
"Aku tidak tertarik" Kataku sambil memalingkan wajahku kembali membuka hadiah-hadian milik Rossie.
"Tidak tertarik atau tidak paham cara menggunakannya?" Tanya Rossie menggodaku.
Aku tersenyum malu. Diantara ketiga istri the lads ini memang hanya aku yang buta teknologi, tapi jika hanya sekedar browsing aku masih bisa.
Kami meneruskan membuka hadiah-hadiah sambil sesekali Jodi membacakan pesan-pesan yang dikirimkan para fans Westlife ke akun pribadinya.
"Sepertinya akan hujan" Kata Rossie sambil menengok kearah luar.
"Dimana anak-anak?" Tanyaku sambil mengikuti arah pandangan Rossie.
"Sepertinya masih di halaman belakang." Jawab Jodi sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
"Moooommmmyyyyyy!!!!!!" Seru seorang anak dari halaman belakang, aku tidak hafal suaranya, antara Jay atau Rocco.
Gina menengok kearah luar dan segera berdiri.
"Aku akan melihatnya keluar" Kata Gina sambil berjalan kearah halaman.
Kami masih sibuk dengan hadiah-hadiah yang diberikan oleh keluarga Mark dan Rossie.
Aku membuka sebuah hadiah yang didalamnya terdapat baju-baju mungil berwarna biru.
"Look at this, darl, it's so cuutee.." Kataku sambil menunjukkan little clothes kepada Rossie.
Rossie tersenyum sambil mengambil baju-baju itu dari tanganku.
"GGIIILLLIIIIAAAANNNN!!!!!!!!!!"
Teriakan Gina mengagetkan kami bertiga, dan serempak menengok kearah luar.
Aku segera berlari keluar, aku mendengar Jodi menyuruh Rossie tetap tinggal dikursinya sementara ia mengejarku.
Jantungku berdebar kencang, aku merasakan ada yang tidak beres.
Aku merasakan jantungku berhenti berdetak ketika aku melihat anakku dipelukan Gina berlumuran darah.
Shaga menengok kearahku dan tersenyum. Wajahnya pucat.
"Mommy.." Panggilnya kepadaku.
Aku segera menggendongnya.
"Oh my God, what happened with you, Shaga?"
Aku memeluk dan menciumnya, membersihkan darah yang terus-terusan mengalir dari hidungnya.
Beberapa kali ia batuk dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
Tuhaaaann.
Apa yang terjadi dengan anakku?
Dadaku sesak.
Aku mendengar Jay, Rocco, dan Koa menangis, Jodi dan Gina memeluk mereka.
Aku tidak bisa berpikir apapun.
"Help me Jodi, Gina.. help me.." Isakku kepada kedua sahabatku ini sambil terus memeluk Shaga.
"Tunggu disini, aku akan membawa Shaga ke rumah sakit." Jodi memberikan Koa kepada Gina.
"Mommaa.." Panggil Koa ketika ia digendong Gina.
"Stay here buddy, I'll be back soon. Be good!" Jodi berlari mengambil kunci mobilnya di tas.
Rossie menangis ketika ia melihat aku berlari kearah luar sambil menggendong Shaga yang berlumuran darah.
Hujan turun, aku berlari masuk ke mobil sedan hitam milik Jodi.
Bajuku sudah berubah warna menjadi merah. Jodi memberiku tisu untuk menyumbat darah yang keluar dari hidung Shaga.
"Keep him awake, darl" Kata Jodi sambil menengok kearah Shaga.
Aku mengangguk. Tanganku gemetar.
"How's your feeling, Hunny?" Tanyaku kepada Shaga. Ia hanya tersenyum.
Wajahnya masih terlihat pucat. Tapi ia masih bisa tetap tersenyum.
Aku tidak lagi bisa menahan tangisku.
Aku terisak sambil memeluk Shaga.
"Mommy, what's wrong with me?" Tanya Shaga di pelukanku.
"You will be fine, buddy" Sahut Jodi dibelakang kemudinya sambil menengok kearah Shaga.
Aku semakin terisak. Jodi memegang bahuku.
Ya. Shaga akan baik-baik saja.
Shaga beberapa kali akan memejamkan matanya, aku berusaha membuatnya tetap bangun.
Aku mengajaknya berbicara, ia hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya.
Sepanjang perjalanan aku tak hentinya berdoa untuk keselamatan anakku ini, sesekali aku menyanyikan sebuah lagu untuknya.
"Stay with me. Don't fall asleep too soon. The angels can wait for a momentWalaupun suaraku tidak seindah suamiku, tapi setiap kali Shaga rewel ia akan tenang setelah aku menyanyikan lagu-lagu kesukaannya.Salah satunya lagu Written in the stars yang aku nyanyikan kali ini.
Come real close. Forget the world outside. Tonight we're alone. It's finally you and I.."
"It wasn't meant to feel like this. Not without you..."Aku menatap wajahnya yang juga menatapku. Aku menghentikan nyanyianku sejenak, membelai rambutnya.
"Cos when I look at my life. How the pieces fall into placeAku tidak lagi bisa melanjutkan nyanyianku.
It just wouldn't rhyme without you. When I see how my path
Seem to end up before your face. The state of my heart
The place where we are. Was written in the stars"
Air mataku terus mengalir.
"Don't be afraid. I'll be right by your sideTiba-tiba Shaga melanjutkan lagunya dengan kata-kata dan cara pengucapan yang terbatas.
Through the laughter and pain. Together we're bound to fly"
Aku memeluknya.
Jodi melajukan mobilnya dengan cepat.
Jarak Sligo General Hospital terasa sangat begitu jauh saat ini.
-cont-
ada beberapa typo ya dear.. :')
BalasHapus