Selasa, 26 Februari 2013

Imaginary Shaga -5-

Aku melihat Shaga dari balik kaca ruangan ICU bersama Jodi.
Entah apa yang ada dibenakku saat itu melihat lelaki kecilku terbaring lemah diatas tempat tidur dengan alat-alat yang aku sendiri tidak tahu untuk apa.
Seorang suster sedang memasangkan selang infus di tangan kanan dan selang oksigen di hidungnya.
Alat picu jantung telah dipasangkan didadanya. 
Kini aku bisa melihat denyut jantung Shaga dilayar monitor kecil disamping tempat tidurnya.
Jodi merangkulku.
"He'll be fine, darl"
Aku mengangguk dan menatap kosong kedepan.

Mr. Hugo menengok ke arahku dari dalam ruangan.
Ia adalah dokter yang menangani "kasus" kehamilanku dulu.
Pria setengah baya bertubuh tegap dan sangat ramah.
Ia adalah seorang dokter anak yang juga menangani beberapa kasus kehamilan.
Sudah lama sekali kami tidak bertemu dan aku sangat menyesal harus bertemu dengannya di situasi seperti ini.

"How's your feeling, Gill?"
Mr. Hugo menghampiri dan memelukku.
"I'm not sure"
Jawabku cepat.
Aku mencoba tersenyum, tapi entah bagaimana rupa senyumku.

"Hi Jodi, how's Koa?"
Sapa Mr. Hugo kepada Jodi yang berdiri disampingku
"He's good. Thanks" Jawab Jodi sambil tetap dengan posisi merangkulku.
Mr. Hugo pula yang membantu Jodi melahirkan Koa dua tahun yang lalu.
"Shaga baik-baik saja kan, Dok?"
Aku memberanikan diri menanyakan hal tersebut kepada Mr. Hugo.
Bagaimana bisa jawabannya akan baik-baik saja sementara dengan mata telanjangpun aku dapat melihat keadaan anakku tidak baik.

"Kita bicara diruanganku saja ya" Jawabnya sambil menuntunku berjalan.
Jodi ikut bersama kami.
Pandanganku masih terus menatap kearah Shaga yang masih terpejam didalam ruangan kaca.
Seakan berat untuk meninggalkannya.
"Shaga akan baik-baik saja, Gill, para suster akan menjaganya sampai kamu kembali"
Kata Jodi sambil tersenyum dan aku hanya mengangguk.

Kami masuk keruangan Mr. Hugo.
Tidak ada tempat tidur pasien atau ruang tunggu.
Sekilas ruangan ini mirip dengan ruangan kerja Shane dirumah kami dulu.
Dua buah sofa, seperangkat meja kerja dengan dua kursi di depannya, dan banyak sekali foto keluarga terpampang di meja dan di dinding ruangan.

Kami dipersilahkan duduk di meja kerjanya.
"Well, Gill..." Mr. Hugo membuka pembicaraan. Sementara aku masih asik melihat kesekeliling ruangan.
"Aku telah membicarakan kekhawatiran ini kepada Shane saat Shaga lahir...."
Aku menatap lelaki setengah baya dengan jas berwarna putih yang duduk didepanku sambil memangku dagu.
"Pardon?" Aku memotong kata-katanya sambil membetulkan posisi dudukku.
"Maksudmu Shane tau apa yang terjadi dengan Shaga?" Tanya Jodi sambil mengerutkan dahinya.
Wajahnya berubah menjadi serius.
Aku menengok kearah Jodi sambil menunjukan bahwa pertanyaan itu pula yang ada dibenakku.
Mr. Hugo hanya mengangguk.
Itu berarti Shane memang sudah tau apa yang terjadi dengan anak kami.
Rasanya ingin sekali marah, kenapa Shane tidak memberitahukan hal ini kepadaku.

"Ada apa sebenarnya, dok? Apa yang terjadi dengan anakku?"
Tanyaku sambil berusaha menahan air mata yang telah berkumpul di kedua pelupuk mata.
Mr. Hugo menarik nafasnya dalam-dalam.
"Mungkin inilah saatnya kamu harus tau tentang keadaan Shaga yang sebenarnya"
"Sebelumnya kau pasti sudah tau tentang keadaanmu sebelum melahirkan Shaga yang mengharuskan Shane memilih antara kau atau calon anak kalian yang diselamatkan...."
Tanganku mulai berkeringat, jantungku berdetak dengan sangat cepat.
Jodi memegang tanganku.
"Tapi Tuhan Maha Baik, kalian berdua bisa diselamatkan, tapi...." Mr. Hugo menghentikan kata-katanya sambil menatapku.
"Tapi apa?" Aku dan Jodi bertanya bersamaan.
"Tapi dengan keadaan sistem tubuh Shaga yang abnormal"

Aku menghentakkan tubuhku ke sandaran kursi.
Abnormal? Kenapa?
Selama ini Shaga kelihatan sangat sehat, tidak ada tanda-tanda bahwa ia tumbuh dalam keadaan abnormal.

"Tidak mungkin" Air mataku akhirnya mengalir dengan deras.
Jodi semakin erat menggenggam kedua tanganku.
"Saat Shaga lahir, ada beberapa jaringan ditubuhnya yang belum terbentuk sempurna dan kami menemukan jumlah sel darah putih yang lebih banyak di dalam darah atau sumsum tulangnya. Karna jumlahnya yang meningkat,  sel-sel darah putih yang sebetulnya tidak normal tersebut menggantikan sel darah yang normal. Ketidaknormalan ini membuat fungsi sel terganggu."

"Maksudnya?"

"Ya. Shaga mengidap penyakit Leukimia, kanker darah"

Aku menggigit tanganku sambil terisak.
"Oh God.. kanker? Shaga? Tidak mungkin! Shaga masih terlalu kecil untuk mengidap penyakit ini"
Dadaku sesak. Aku ingin berteriak sekencang mungkin.
Jodi memelukku sambil menangis.

"Leukimia limfasitik akut tepatnya. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak dengan puncak insideasi pada usia 4 tahun. Pada pasien ini terjadi proliferasi patologis sel-sel limfoid muda di sumsum tulang yang akan mendesak sistem hemopoietik normal lainnya, seperti eritropoietik, trombopoietik dan granulopoietik, sehingga sumsum tulang didominasi sel blast dan sel-sel leukemia hingga mereka menyebar sampai ke darah tepi dan organ tubuh lainnya dan akan terlihat tanda-tanda anemia seperti pucat, lelah, lesu, kemudian akibat infiltrasi sel leukemi ke sumsum tulang, demam, infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh akibat aktifitas sel limfosit yang tidak normal, perdarahan kulit, gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, hingga perdarahan otak"

Tuuuhhhhaaaaannnn..........
Aku berteriak dalam tangisku mendengar penjelasan dari Mr. Hugo yang sepenuhnya tidak aku mengerti.
Mengingat lelaki kecilku yang kelihatan begitu sehat, begitu kuat, begitu bahagia mengidap penyakit yang mematikan.
Aku sama sekali tidak bisa membayangkan betapa menderitanya ia selama ini.

"Aku telah memberitahukan hal ini kepada Shane bahwa pada kasus ini kebanyakan penderita tidak akan bertahan lama, tapi Shane tetap yakin bahwa Shaga akan tetap bertahan, dan ia benar, hingga saat ini"

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Hatiku hancur.
Jodi memelukku sambil menangis, aku tau ia pun sangat terpukul mendengar kata-kata dari Mr. Hugo. 
Ia sangat menyayangi Shaga seperti menyayangi anaknya sendiri.




"He'll be fine.. he'll be fine.."
Jodi mengatakan hal yang sama berkali-kali, aku mengangguk sambil terus terisak.
"We'll do our best, I promise.."
Mr. Hugo menghampiri kami dan tersenyum.
Aku hanya bisa mengangguk dan mengatakan terima kasih dengan suara yang tidak sepenuhnya keluar.

Aku berjalan menuju ruang ICU dengan perasaan yang tidak menentu.
Sesekali aku menyeka air mata yang sama sekali tidak bisa aku kontrol.
Jodi pamit ke mobilnya untuk mengambil handphone. Ia akan menghubungi Gina atau Rossie untuk menanyakan keadaan Koa.
Ia juga bilang akan menghubungi Shane agar segera datang kerumah sakit.
Tapi aku menggeleng, rasanya aku tidak ingin bertemu dengan Shane saat ini.
Untuk pertama kalinya aku marah pada Shane karna ia tidak berterus terang tentang keadaan Shaga.

Aku menatap Shaga dari balik kaca.
Berusaha menggapai tangan mungilnya yang terpasang selang infus.

"Bolehkah aku masuk suster?" Tanyaku kepada seorang suster yang keluar dari ICU.
"Maaf untuk saat ini belum bisa" Jawabnya sambil menunjukkan mimik menyesal.
"Please, just a minute" Kataku memohon.
Ia seperti sedang berpikir dan menengok kearah Mr. Hugo yang berada didalam ruangan bersama Shaga.
Mr. Hugo tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, silahkan cuci tangan disebelah sana dan pakai ini" Jawabnya sambil memberikanku sejenis jubah berwarna biru.

Aku menghampiri Mr. Hugo dan tersenyum.
"Thank you.." Kataku sambil memegang tangannya.
Aku segera berjalan mendekati Shaga yang masih tertidur.
Mencium keningnya, mengusap rambutnya, dan menggenggam tangan mungilnya.
Wajahnya sangat tenang.
"Mommy.." Shaga meremas tanganku, matanya masih terpejam.
"Ya baby, mommy's here" Aku mendekatkan wajahku kewajahnya sambil mengusap rambutnya.
Shaga tidak menjawab. 
Jantungku kembali berdetak sangat kencang.
Apa yang dirasakan anakku ini Ya Tuhan?
Bolehkan aku gantikan posisinya sekarang?
Aku tertunduk dan menangis,

"Why are you crying?" Tanpa aku sadari Shaga telah membuka matanya dan melihatku menangis.
"Baby, how's your feeling now?" Aku menatap wajahnya dan mencium keningnya.
"I'm good. but a lil' sleepy" Jawabnya sambil berpura-pura menguap lalu tersenyum, seolah-olah ingin menggodaku.
Aku tersenyum sambil mencium tanganku.
"Why are you crying mom? is there anyone bothering you? Tell me." Tangan mungilnya menyentuh pipiku, berusaha menghapus air mata yang sedari menetes.
Aku menggeleng sambil tersenyum.
"Don't worry mommy, I will keep you safe. I promise.."

Shaga tersenyum sambil terus memegang pipiku. 
Aku memejamkan mataku. 
Merasakan sentuhan lembut dari lelaki kecilku.
Ia tidak mengerti bahwa dirinyalah yang sedang dalam bahaya.
Dirinya yang membuat air mataku tak henti-hentinya mengalir.
"Mommy loves you, baby" Aku mencium keningnya.
"Me too, mom, but I'm not a baby anymore"
Shaga melepaskan tangannya dari pipiku dan merontak.
Aku tertawa kecil.
You know how much I love my son, God..
Please keep him with me, forever.

Jodi telah kembali, ia berdiri dibalik pintu kaca sambil tersenyum.
"Jodi there, say hi" Aku menunjuk kearah Jodi.
Shaga tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Where's Koa, Jay, and Rocco?" Shaga menengok kearahku dan melihat kesekeliling.
Sepertinya ia baru menyadari bahwa ia tidak lagi berada di rumah Rossie.
Aku menjelaskan kenapa ia tidak berada di rumah Rossie. 
Ia hanya mengangguk sambil mengerutkan dahi.
"Hai buddy. Everything ok?" Mr. Hugo menghampiri kami sambil tersenyum kepada Shaga.
"Yup" Jawab Shaga sambil membalas senyumnya.
Aku melirik kearah Shaga dan Mr. Hugo.
Kenapa Shaga terlihat begitu akrab dengan Mr. Hugo sedangkan terakhir kali Shaga bertemu dengannya saat ia berumur 10 bulan.
Tapi aku tidak terlalu memikirkannya, Shaga anak yang mudah sekali akrab dengan orang lain.
Harusnya aku tidak heran.
Mr. Hugo memintaku untuk tunggu diluar sementara ia memeriksa tubuh Shaga.
Ia juga meminta izin padaku untuk mengambil sample darah Shaga untuk diperiksa di laboratorium.
Aku hanya berkata padanya, lakukan yang bisa membuat lelaki kecilku sehat.
Apapun.
"Bagaimana Shaga?" Jodi menghampiriku saat aku keluar dari ICU.
"Ia kelihatan sehat, mungkinkah Mr. Hugo salah menganalisis Shaga?"
Jawabku sambil melihat kearah Shaga yang tidak menangis saat  jarus suntik menusuk kulitnya, seperti sudah terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
"Aku telah menelepon Kian, ia dan Shane akan segera sampai disini"
Aku menatap Jodi sambil menganguk.
Baiklah, aku akan meminta penjelasan dari Shane tentang apa yang telah terjadi dengan Shaga.
"Aku tau kamu pasti sangat marah, tapi berpikirlah positif, hal itu yang selalu kamu ajarkan padaku kan?"
Jodi berdiri disampingku sambil menatap kearah Shaga.
Aku menengok kearahnya.
"Tapi bagaimana bisa ia......."
"Darl, you know how much Shane loves you"  
 Jodi memotong pembicaraanku dan meyakinkanku bahwa Shane mempunyai alasan yang sangat kuat sampai ia tidak memberitahukan hal penting ini kepadaku.
Aku hanya terdiam.
Saat Rossie memberitahukan soal kebangrutan perusahaan kami, aku masih dapat menerima bahwa hal tersebut demi kebaikanku.
Tapi ini?
Rasanya sudah kelewatan.
Jika saja aku sudah tau dari awal, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi.
Kami berdua bisa melakukan pengobatan sejak awal.
"Gilliaan.."
Aku tidak menghiraukan suara yang memanggilku. 
Hanya menatap kosong kearah Shaga.
Jodi menepuk bahuku dan tersenyum.
"Aku tau kamu bisa menyelesaikan ini dengan baik, darl
"Bagaimana dengan Shaga, Babe?"
Shane memelukku dari belakang sambil mencium kepalaku.
Jodi beranjak menghampiri Kian yang berdiri dibelakangku.
Aku hanya terdiam dan masih tetap melihat kearah Shaga.
Shane beranjak berdiri disampingku dan melihat apa yang aku lihat.
Ia meraih tanganku yang sedari tadi menempel di kaca.
"I'm sorry, babe. Aku tidak ada disampingmu dan Shaga saat kejadian itu berlangsung. Jodi telah menceritakannya"  
Jodi telah menceritakan apa? Apa ia telah menceritakan yang dijelaskan oleh Mr. Hugo?
Shane menatapku dengan tatapan yang memelas, aku menengok kearahnya lalu kembali melihat kearah Shaga. Ia mengikuti penglihatanku.
"Ah, my lil' man, daddy's here, son" Ia berkata sangat pelan sambil menempelkan kedua tangannya di kaca seakan ingin meraih Shaga.
"Babe?" Shane menatapku, menyentuh pipiku, tapi aku tetap diam.
Mr. Hugo keluar dari ruangan ICU, Shane segera berlari menghampirinya.
Ia terlihat tenang walaupun aku tau ia pasti sangat panik.
Shane sangat pintar menutupi perasaannya.
Jodi menarik tanganku dan mengajakku duduk di kursi tunggu bersama Kian sementara Shane berbicara dengan Mr. Hugo.
Entah apa yang mereka bicarakan.
"Kamu kelihatan pucat, sudah makan?" Tanya Kian yang duduk disampingku.
Aku menggeleng.
"Aku akan ke kantin untuk membeli sesuatu, kalian tunggu disini ya" Kata Kian lagi.
Jodi menggangguk, sementara aku hanya terdiam.
Selang beberapa menit Nicky datang sendirian, ia menghampiri kami yang sedang duduk diruang tunggu didepan ruangan ICU.
"How's Shaga?" Nicky sedikit berlari saat menghampiri kami.
"Shaga disana" Aku menunjuk kearah ruangan ICU.
Nicky berbalik dan melihat kebalik ruangan kaca.
"Oh My God, Shaga"  
Kata-kata itu yang pertama kali keluar saat Nicky melihat ke arah Shaga.
Matanya berkaca-kaca.
Ia menengok kearahku dan Jodi lalu berlari kearah Shane dan Mr. Hugo.
Mereka bertiga berjalan menuju ruangan Mr. Hugo.
Kian membawakan dua gelas teh hangat dan beberapa donat. 
"Thanks Kian, but I'm not hungry" Kataku sambil mengambil segelas teh hangat dari tangannya.
"Aku tau. Tapi kamu harus makan sedikit" Sahut Kian.
"Please, demi Shaga" Sambung Jodi.
Aku menatap kedua sahabatku ini sambil tersenyum.
Jodi memberiku satu buah donat keju, air mataku mengalir mengingat donat keju adalah makanan kesukaan Shaga.

"Memang sepertinya tidak tepat membicarakan hal ini sekarang.."
Kian memasukan satu buah donat coklat kemulutnya.
Aku menengok kearahnya.
Sungguh, aku tidak ingin mendengar berita buruk lagi. Apapun itu.
"Hunny, pelan-pelan" Kata Jodi sambil membersihkan sisa coklat di sekitar bibir Kian dengan tisu.
"Ada apa?" Tanyaku pelan.
"Westlife akan memulai konser reuni minggu depan." Jawab Kian sambil tersenyum lebar.
Aku melihat kearah Jodi yang juga tersenyum, lalu melihat kearah Kian.
"Hey? Kenapa?" Tanya Jodi yang melihatku tidak bersemangat mendengar kata-kata Kian.
Aku menggeleng sambil tersenyum.
Entah aku harus senang atau sedih.
Yang ada dipikiranku hanya Shaga, Shaga, dan Shaga.

Kian menceritakan hasil meeting mereka dengan Louis tadi siang.
Ia menceritakan dengan sangat semangat.
Aku hanya tersenyum mendengarkan perdebatan Kian dan Jodi.
Perdebatan yang mereka selingi dengan tawa untuk membuatku tersenyum.

Shane duduk disampingku sambil memegang tanganku.
"Sepertinya kalian harus beristirahat, terutama kamu, Gill" Kata Nicky yang berdiri tepat dihadapanku.
"Aku akan menjaga Shaga disini, kalian istirahat saja" Jawabku sambil mencoba tersenyum.
"Aku yang akan menjaga Shaga sampai kalian kembali, ia akan baik-baik saja, aku janji" Kata Nicky sambil memegang tangaku.
Shane tersenyum dan berdiri meraih tanganku.
"Come on, babe.. Kita pulang, ambil pakaian, dan mainan Shaga" Kata Shane.
Aku melihat orang-orang disekelilingku.
"Tapi Sligo-Surrey jauh" Sahutku.
Setelah sedikit berdebat dengan Kian, Nicky, Jodi, dan Shane akhirnya aku mengalah dan mengikuti kemauan Shane untuk pulang kerumah.
Selama lebih dari tiga tahun kebersamaanku dengan Shaga, kami tidak pernah pisah jauh.
Aku selalu berada didekatnya, walaupun terkadang Shane mengajak Shaga pergi hanya berdua.
Shane dan aku meminta izin untuk masuk keruangan anak kami.

"Mommy will back soon, baby"  Aku mencium keningnya.

Dear God..
Please take care of my little man
The one with big eyes, and soft brown curls.

He was special, as you should know.

3 komentar:

  1. "Seorang suster sedang memasangkan selang infus di tangan kanan dan hidungnya." (yg di hidung untuk oksigen ya, gha)

    Mr. Hugo itu dokter apa ya? krn setau aku kalo yg bentuin melahirkan itu dr. Obgyn atau Bidan.. dan masing2 dokter kan punya spesialisasinya.. saran aja, seharusnya shaga di rawatnya sama dokter anak (usiany amasih 3 thn, kan?) dan atau dengan dokter internis..

    Selebihnya, keren :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup yup sudah aq revisi, thank you :)

      hmm aku sih gambarinnya Mr. Hugo dokter anak, tapi menangani soal kehamilan juga, dy juga dokter keluarganya westlife hehe

      Hapus
  2. agak ga masuk akal juga sih, ga.. soalnya kan itu spesialisasi ya.. belom pernah denger ada dokter anak yg nangangin persalinan. karena udah ada job desk masing2. kalo dokter anak nanganin masalah ASI, itu udah pasti. dokter obgyn nanganin ASI, juga pasti. tp kalo anak+persalinan, belom pernah denger.
    kalo dokter keluarga itu, biasanya dokter umum.

    maaf baru bales...

    BalasHapus