Rabu, 18 Maret 2015

Another Angels called Mamah and Papah.

Mamah dan Papahku terkasih..


Dulu..
Aku bukan siapa2..
Tangisku memekakan telinga.. kenakalanku menjengkelkan.. tak jarang aku merajuk tak menentu..
Tapi bagi mamah dan papahku... aku adalah nyanyian merdu..

Tak perlu aku secantik apa... tak dituntut aku semampu apa.. bahkan tak perlu aku meniru kesempurnaan beliau berdua...
mamah dan papahku selalu cinta..



Dulu...
Terseok-seok aku berjalan dengan menggenggam tangannya..
Apa pantas jika kini aku sudah tegak melangkah lalu kutepiskan tangan itu...
Bukankah bahkan menautkan tangan2 menua itu ke dahiku sepanjang waktupun tak akan membayar apapun atas tulus cintanya..?


Dulu...
Terbata-bata aku melafalkan kata demi kata.. mencoba selalu menirukan ajarannya... 

Namun seringkali beliau berdua yg justru merendah menirukan gaya bicaraku yang cadel semata-mata demi agar aku merasa tidak rendah diri..
Apa layak jika kini setelah aku mampu berdebat hebat lalu aku menghardiknya karna semata-mata beliau ketinggalan pengetahuan...? 

Bukankah beliau mungkin berhenti menuntut pengetahuan demi memberiku ruang lebih luas untuk lebih berwawasan...?



Mamah dan Papahku...
Dirumah ini aku terlatih dari bayi menjadi perempuan mandiri...
Dalam semua kelebihan dan kekurangan kita..
Dalam setiap tawa dan tangis kita...
Dalam seluruh haus dan lapar kita...
Dalam setiap helaan nafas kita...
Dirumah ini aku ingin jujur bertutur dari lubuk hati..


Kini...
Bukan untuk membandingkan rumah ini dengan tempatku yg baru kelak.. karena rumah ini adalah segalanya...
Jika kelak kumiliki rumahku sendiri bersama lelaki yang telah memintaku dari sisi
mamah dan papah.. ijinkan aku untuk selalu pulang sebagai aku yg dulu.. yg selalu ingin memeluk mamah dan papah..
Ijinkan aku membawa keluarga baru untuk ikut merasakan damainya rumah kita..
Karena sungguh aku tak akan mampu benar-benar meninggalkan
mamah dan papah...




Mamah dan Papah terkasih..
Dengan seluruh kekuranganku yang
mamah dan papah tak satupun tak ketahui...


Mohon ampunkan aku, Pah...


Mohon ampunkan aku, Mah...


Jangan lupakan kenakalanku dulu agar kelak
mamah dan papah bisa membungkusnya menjadi pelajaran berharga ketika aku adukan kenakalan anak-anakku nanti...


Jangan hapuskan kealpaanku selama ini agar kelak bisa kujadikan cermin jika sewaktu-waktu aku terlalu angkuh untuk memaafkan kealpaan suami dan anak-anakku nanti....


Sungguh aku ingin mengatakan tugas
mamah dan papah telah selesai memgantarkan aku. Tapi sejujurnya aku ingin pula mengatakan jangan berhenti sampai disini...


Terimakasih jika kusampaikan setiap bertekur mata dengan
mamah dan papah seumur hidupkupun tak pernah akan cukup kurasa...


Mamah...

Mamah...
Mamah...
Tak akan mampu seisi dunia kuletakkan di pangkuanmu sebesar arti air susu mamah yg menghidupkanku...


Papah...
Tak akan sanggup kuhitung lelahmu..
Tak akan bisa ku gantikan beban berat terpikul selama membesarkan aku...

Hanya satu bisik lirih dari bibirku...
Terima kasih seikhlas setulus hatiku telah menjadi orang tua terbaik bagiku...



With Love,

Your little girl



Tidak ada komentar:

Posting Komentar