Rabu, 12 November 2014

DEPLAM GOES TO SWITZERLAND VAN JAVA

Depok, 4 Januari 2014

Langit mulai gelap, menggeser matahari yang memang sudah tidak menampakan wajahnya sedari siang. Hari ini langit Depok memang mendung dan sesekali rintik hujan turun membasahi trotoar yang berdebu. Tidak seperti biasanya, kantor masih terlihat ramai, semakin ramai dengan adanya beberapa tas besar yang harus di re-packing.

Kericuhan di dalam kantor
Yap. Hari ini kami akan melakukan pendakian ke Gunung Papandayan di Garut Jawa Barat. Ini adalah perjalanan ketiga kami (Afrizal, Fahrizal, Ferdian, Bondan, Firmansyah), setelah sebelumnya Gunung Gede dan Gunung Cikuray berhasil kami daki.

Kami yang menamakan diri Deplam Advanture Crew, berangkat menuju terminal Kp. Rambutan dengan menggunakan angkutan umum. Enam orang laki-laki (Ferdian, Fahrizal, Afrizal, Firmansyah, Ryan, Bondan) dan empat orang wanita (Anita, Yunita, Zahroh, Me) serta sepuluh tas besar berhasil membuat kendaraan yang kami tumpangi penuh sesak ditambah riuh suara kendaraan dan asap kenalpot dari luar.

Crew sesaat sebelum berangkat
Beranjak dari terminal Kp. Rambutan kami melanjutkan perjalanan menggunakan bus ekonomi Ac menuju Garut yang memakan waktu tempuh sekitar lima jam. Sepanjang perjalanan menuju Garut, kami memutuskan untuk tidur untuk memulihkan stamina setelah seharian bekerja.

Waktu menunjukkan pukul 04.30 WIB ketika kami sampai di Tarogong. Ternyata kaki Papandayan belum kami injak. Kami masih harus melakukan perjalanan menggunakan mobil pick up sekitar satu jam perjalanan dengan medan yang cukup sulit ditempuh even dengan mobil sekalipun. Banyak lobang nan terjal dibeberapa ruas jalan. Beberapa kali Crew harus turun karena kendaraan yang kami tumpangi tidak kuat menanjak di jalanan yang rusak.

Semakin mendekati kaki Gunung, udara dingin mulai terasa menusuk sampai tulang. Kami bersiap dengan peralatan yang kami bawa. Jaket tebal, kaos kaki, dan sarung tangan telah siap ditempatnya masing-masing.

Langit masih gelap ketika kami sampai di kaki gunung Papandayan. Hari ini keliatannya bukan hanya kami yang akan melakukan pendakian di Gunung Papandayan yang disebut juga Switzerland van java ini, terlihat beberapa mobil pick up yang sedang menurunkan tas-tas cariel di beberapa sudut kaki gunung. Walaupun tidak seramai saat perayaan tahun baru pastinya.


Sebelum melakukan pendakian, salah satu crew melakukan pendaftaran di pos penjagaan dan membayar sejumlah uang untuk biaya konservasi gunung Papandayan. Jalur pendakian Gunung Papandayan ini cenderung berbatu dan gersang. Sehingga kami memutuskan untuk melakukan pendakian pagi hari ketika udara Garut masih terasa sejuk dan matahari belum terlalu menyengat. Setelah melakukan pendaftaran, sarapan, dan sholat Subuh kami segera berangkat.

Crew saat akan memulai pendakian
Selama pendakian, kami disuguhi pemandangan alam yang sangat luar biasa hingga membuat perjalanan terasa amat ringan. Lembah-lembah hijau berlatarkan gunung yang berdiri dengan kokohnya. Kepulan asap dari kawah belerang menambah indahnya pemandangan walaupun sesekali bau belerang tercium saat angin bertiup hingga membuat hidung dan tenggorokan tersumbat.
 

 

 


Sesekali kami berhenti untuk mengistirahatkan badan


(ki-ka) Afrizal, Riyan, Ferdian, Bondan, Fahrizal dan Firman (bawah)
(ki-ka) Me, Mbak Zahroh, Yunita, Anita
 

Setelah sekitar tiga jam pendakian, akhirnya kami sampai di Bukit Salada. Sebuah hamparan luas menghijau dengan dikelilingi benteng berupa bukit batuan kapur. Disinilah tempat dimana kami akan mendirikan tenda untuk berkemah. Langit masih cerah ketika kami selesai mendirikan tiga buah tenda. Terlihat beberapa tenda telah berdiri disekitaran bukit salada milik para pendaki yang telah sampai terlebih dahulu.
 
Kami tiba di Bukit Salada
 
Well, sebelum meneruskan ceritanya, kayanya agak pegel ya nulis pake bahasa baku kaya gitu, apa lagi setelah sekian lamanya gak nulis di blog ini, hehe.
Btw, tulisan diatas memang bukan untuk dimuat di blog ini, salah satu crew Deplam minta gw untuk bikin review tentang perjalanan kita ke Papandayan untuk dimuat di majalah kantor, tapi apadaya, tulisannya gak jadi di muat karena menurut beliau tulisan ini menggunakan bahasa novel, jadi gak cocok, huhu.
 
Oke, lanjuttt... :D
 
Sampai di Bukit Salada, kami mencari spot terbaik untuk membangun tenda. Beberapa area yang tanahnya landau sudah ditempati oleh beberapa pendaki, dan beberapa area tidak bias dibangun tenda karena tanahnya yang tidak rata. Beberapa menit setelah muter-muter Bukit Salada, akhirnya kami memutuskan untuk membangun tenda di area (seperti) lapangan yang dikelilingi oleh bunga edelwise yang katanya juga disebut bunga abadi.
Sayang, waktu kita disini bunga edelwisenya gak sebagus biasanya, mungkin karena cuaca atau entah apa yang bikin bunganya jadi berwarna coklat seperti layu.
 
Bunga Edelwise
 
Me at the edelwise field
 
Kita yang terdiri dari 10 orang, membawa 3 tenda ukuran sedang. Setelah beristirahat sejenak, para lelaki luar biasa langsung sigap mengeluarkan tenda dan keluarganya untuk segera di eksekusi, gak usah tanya para wanitahnya, kita masih tetep ditempat masing-masing sambil meluruskan kaki, hihi. Maklum, ini adalah pendakian pertama gw, mba Zahroh, Anita dan Yunita. Tapi untuk perjalanan pertama boleehhllaahhh yaaa hehehe.
 
 
 
 
 
 
 

Yeay akhirnya tendanya jadi juga \(^0^)/
 
Setelah tenda berdiri, kita langsung bergegas masuk karena cuaca mulai dingin, padahal waktu itu masih sekitar jam 12 siang. Setelah para lelaki luar biasa yang mendirikan tenda, waktunya para wanita kece masak \(^0^)/ tapi para wanita cukup hanya dengan mengeluarkan bahan makanan dari dalam tas, yang mengolah tetep para lelaki, hihi.
Kayanya para lelaki ini lebih mirip jadi porter-nya para wanita dibandingin dengan anggota rombongan, hehehehehehe.
 
Me and my lad
 
Selamat makaaaannnnn :D
Sore menjelang malam, cuaca di Bukit Salada makin dingin, tapi tidak menyurutkan crew untuk jalan-jalan mengitari Bukit Salada sambil mengambil air minum disumber air untuk minum dan masak. (Iya seriusan minum dari sungai, ini kan di gunung, bukan mall, jadi jangan berharap ada indomaret atau alfamaret disni, ahaii :D)
 
 
 
iya loh kita minum dari situ, ciyuus :D
 
Malam di Bukit Salada sangat panjang dan menakutkan (bagi gw), sesekali terdengar bunyi lolongan yang entah anjing atau serigala (tapi seriusan bukan ganteng-ganteng serigala sih). Yang lebih serem adalah, bunyi angin yang menabrak tenda-tenda. Mungkin lebih tepatnya seperti suara gemuruh. Yang gak pernah denger suara angin, gw sarankan untuk segera pergi ke gunung terdekat. hehe.
Good night, everyone. Sleep tight.
Keesokan harinya, crew bersiap untuk pulang. Kenapa gak sampai puncak? Hmm.. Timingnya kurang tepat. Cuacanya kurang mendukung.
Seperti mottonya Deplam crew Adventure:
"Puncak itu bonus, yang penting selamat"
So, gak pa-pa gak sampai puncak, yang penting kita selamat sampai rumah masing-masing lagi :D
Perjalanan pulang ditemani oleh hujan yang deraaaasss banget, crew langsung bergegas memakai jas hujan. Jangan harap bias neduh di warung indomie atau Mall (please ya ini gunung, stop thinkin bout Mall, haha).


Hujan-hujan tetep eksis :D
One of my fave spot.

Setelah sekitar 4 jam menempuh perjalanan, akhirnya kami sampai di kaki gunung Papandayan. Hawa dingin terasa menesuk sampai ketulang, ditambah baju yang terkena hujan.
Sebelum naik bis menuju ke Depok, kami mampir kesebuat masjid untuk bersih-bersih dan makan di terminal.

Alhamdulillah perjalanan Garut-Depok selamat sentausa :D

Behind the Scene:




 



Setelah perjalanan ke Papandayan ini Deplam crew Adventure yang beranggotakan lelaki-lelaki luar biasa ini melanjutkan perjalanannya ke Gunung Rinjani di Lombok.


(ki-ka) Fahrizal, Ferdian, Afrizal

Summit Attack! Congratulation, Lads!

Semoga perjalanan selanjutkan mereka berkenan mengajak gw lagi yang selalu menyusahkan ini.
Aamiinnn  *berdoakhusukbanget*

Ahhhh... Berat juga  ternyata mulai nulis lagi setelah sekian lamanya gak nulis..
Kaku dan susah menuangkan ide menjadi kalimat T.T
Baiklah, enough for now.
Thank you for reading.

MeghaFilan