Sabtu, 31 Agustus 2013

#KAU ^



Cerita pendek ini adalah cerita pendek pertama yang dibuat secara kolaborasi dengan my @deviaeffendy untuk lomba menulis online di @Nulisbuku, dibuat kurang dari lima hari dan dengan cara "online" juga, hihi.Walaupun belum beruntung untuk jadi pemenang, tapi kita berdua PUAS! Yeay!

Selamat membaca ^^

 xxx

Aku menatap hujan dari balik kaca di salah satu sudut café tempat favorite ku, dengan segelas caramel late dihadapanku dan ditemani donat coklat yang begitu manis sampai terasa nyeri di sela-sela gigiku, perlahan – lahan kuhabiskan caramel late sambil tak henti mataku mengamati sekitar yang cukup ramai. Aku memang sedang berada di tengah keramaian tetapi alunan musik klasik yang disajikan oleh pemilik kedai dan suara gemercik hujan membawaku kedalam lamunan tentang kejadian dua minggu yang lalu ditempat ini. Kejadian yang tidak pernah bisa aku lupakan. Seakan nafas ku tertarik sangat dalam sulit untuk  ku keluarkan. Sesak sekali rasanya.

Seandainya kau ada disampingku saat ini, menemaniku, menggenggam tangan ku, seperti yang biasa kita lakukan. Aku merindukan kau, merindukan masa itu, masa dimana kita bersama di satu waktu dan tempat yang sama, seakan aku ingin membekukan waktu dan tidak ingin berjalan dimasa sekarang.

Dua minggu yang lalu, ketika aku duduk berdua dengan seorang lelaki yang masih teramat asing bagiku. “Aku sayang kamu..” Ucap lelaki  yang duduk disampingku. Ia menatapku penuh kesungguhan. Perkataannya sukses membuat ku terbangun dari lamunan yang membawa pikiranku melayang. Abiyan, 27 tahun, lelaki yang sudah lama aku kagumi, seniorku di perusahaan tempat aku bekerja.
“Mas Abi gak salah orang kan?” Pertanyaan yang pertama kali keluar dari mulutku yang membuatnya tertawa kecil.
“Tidak, Diandra. Aku berbicara denganmu”. Ia tersenyum sambil menatapku.
 “Sayang sama kamu itu berat, Di. Selain kamu masih milik orang…” Ia menarik nafas panjang.
“Kita beda keyakinan. Walaupun aku tau Tuhan kita satu.” Lanjut Abiyan.
Aku menengguk hot chocolate dihadapanku, berusaha menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyelimuti.
“Aku gak ingin kita pacaran. Selain karena kamu masih punya pacar. Hmm.. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan.” Ia menengguk kopi didepannya sambil menatap kosong kedepan.
“Kalau kita jodoh, aku ingin kita menikah..” Abiyan berbisik sedikit santai

Seorang wanita muda membuyarkan lamunanku tentang kejadian dua minggu yang lalu. Perbincangan aku dan Abiyan, Ia membawakanku segelas caramel late. Ya. Ini gelas kedua yang aku minum.
Seharusnya aku bahagia dengan kejadian itu. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan dorongan dari keluargaku untuk segera menikah sangatlah besar. Apa yang membuatku bingung?
Aku membetulkan jilbabku, menatap hujan yang sedari tadi turun. Beginilah caraku melarikan diri dari kepenatan pekerjaan. Hampir setiap hari aku duduk di café ini, sendiri.

“Aku tau kamu pasti disini” Kata lelaki kurus tinggi didepanku datang dari arah luar kafe.
“Kamu? Kok disini?” Tanyaku kepada Kian, kekasihku dengan muka sedikit kaget.
“Aku menghubungimu berkali-kali tapi tidak ada jawaban” Jawab Kian sambil menarik kursi dan duduk disampingku. Ia melepaskan mantel yang basah karena hujan. Aku tersenyum simpul. 
Tidak lagi ada rasa bahagia saat ia datang. Apakah ini pertanda aku mulai hilang rasa kepada nya dan mulai mencintai Abiyan?

“Ada apa kamu mencariku? Tumben” Tanyaku sambil meneguk caramel late di depanku.
“Ada apa? Hey. Kita hampir dua minggu tidak bertemu, kamu gak kangen?” Tanya Kian sambil memegang tanganku. Ia bercerita tentang pekerjaannya, menjelaskan panjang lebar tentang planning karir yang ingin ia capai di masa yang akan datang. Tapi ia sama sekali tidak menjelaskan planning tentang hubungan kami. Dan ini bukan yang pertama kali.

Aku menarik nafas panjang dan berusaha melepaskan genggaman tangannya. Kian menatapku sambil tersenyum, menunggu komentarku.
Aku mengenal Kian saat kami sama-sama belajar di salah satu perguruan tinggi. Kian yang begitu penyabar dalam menghadapi tingkah dan mau ku. Kian yang seolah dapat mengendalikan pikiran dan perasaanku, Seperti tidak ada alasan untuk aku tidak bahagia bersama Kian, ketampanannya, senyumnya yang manis, serta sikap nya yang lembut, membuat hampir semua wanita mengagumi nya. Termasuk aku!

Kian, sosok yang sempurna di mata wanita. Seharusnya aku memang beruntung memilikinya, tapi aku hanya memiliki perasaannya saja, tidak memiliki waktu dan perhatiaannya. Kian begitu sibuk dengan  pekerjaannya. Aku merindukan sebuah bahu yang hanya bermuatkan kepalaku untuk bersandar, menenangkanku ketika kegundahan dan keletihan menyelimuti hari-hariku. Dan semua perhatian itu aku dapatkan dari lelaki lain yaitu Abiyan.

Senang karena kau hadir disetiap hariku, kau yang selalu setiap saat mencoba membuat ku tersenyum. Entah ini berlebihan atau memang adanya, aku selalu bisa tersenyum jika didekatnya. Merasakan keindahan di setiap kebersamaan yang selalu teringat ketika kita berjauhan, menimbulkan rindu yang cukup dalam satu sama lain. Ahhh Tuhan!! Perasaan apa ini namanya? Terlalu bodoh untuk aku mendeskripsikan semuanya Kau yang selalu membuatku nyaman, bahagia.

Aku mencintainya, dengan segenap perasaan ku, tanpa batasan apapun. Memulai dengan mengenal dirinya, kepribadiannya, kebiasaannya, sampai pada akhirnya aku mendapatkan kehangatan diantara sisi hatiku yang kosong. I’m just human, Just ordinary woman, aku tidak punya kekuatan cukup besar untuk terus mempertahankan rasa cinta ini sendirian, aku butuh kau selalu disamping ku. Menggengam tanganku disaat aku mulai lelah, memeluk tubuhku disaat aku dihinggapi rasa khawatir, dan dapat saling menguat kan satu sama lain ketika kita mulai lelah. 

Menyatukan dua hati, dua kepribadian, dua kebiasaan, tidak semudah yang dibayangkan. Kau hadir di masa ini, dan aku berharap kau akan terus berada di masa-masa ku yang akan datang. Sampai pada akhirnya masa ku ‘tlah habis. Aku merindukan kau disetiap detik ku, merindukan wangi rambut mu, genggaman tanganmu, senyumanmu, dan semua yang ada di kau.

Hanya sang waktu yang dapat mengambil seluruh rasa ini, aku menyayangi mu dan itu urusanku. Bagaimana engkau kepadaku itu urusan mu. Tidak perlu jenius untuk mengagumimu, karna kau adalah ciptaan Tuhan yang Sempurna, bahkan jika semua tempat di bumi ini pun indah, aku tetap membutuhkanmu. Kau adalah nama dari sebuah perasaan cinta dan kasih sayang, aku memberikan ini kepadamu karena aku lebih suka berhubugan dengan mu jika harus mencari kehidupan yang berbasis perasaan, karena dirimu adalah yang bergabung dengan pikiranku. Dengan ruang kosong yang kusediakan sejak pagi dan kuperpanjang waktunya hingga malam, sebagai rindu dan menyatukan semua nya dalam suatu gelombang perasaan dan itu Kau, Abiyan.

Tidak ada yang salah dengan perasaan ini, perasaan yang saling menyayangi satu sama lain antara aku dan Abiyan, aku pun tidak berpikir ini suatu pengkhianatan terhadap Kian, karena memang sebenarnya ia belum membutuhkan pendamping untuk hidupnya, dia masih fokus untuk mengejar karir dan cita – cita  bukan cintanya. Dan akhirnya aku pun tersadar, bukan hanya ketampanan dan karir cemerlang yang aku butuhkan dari seorang kekasih, aku butuh Cinta.

Cinta yang aku dapat sepenuhnya dari seorang Abiyan.

Sampai pada akhirnya aku memilih untuk mengakhiri semua perasaanku kepada Kian, memang berat, tapi aku butuh kepastian untuk semua hubungan yang kujalani. Tentu ia kaget, karena sebelumnya kami memang tidak mengalami masalah serius, terlebih dari pihak Kian. Walaupun selama dua minggu belakangan ini kami sama sekali tidak berkomunikasi, terlebih setelah kejadian di kafe bersama Abiyan.

Aku tersenyum dan menatap tajam mata nya. 
“Kian, terimakasih untuk waktu selama kita bersama, terima kasih sudah mencoba memahamiku, darimu aku belajar banyak hal, bahwa ada sesuatu yang memang tidak bisa dipaksakan. Bukan aku yang kamu butuhkan, dan bukan kamu yang aku butuhkan”.

Kian mulai meneguk espresso didepannya, 
“Aku paham maksudmu, aku memang belum bisa memberikan kepastian tentang hubungan kita. Begitu banyak impian tentang karir dan  hidupku, maaf kalau selama ini aku terlampau egois terhadap impianku itu, dan aku pun akhirnya sadar, benar apa yang kamu katakan, kita sama – sama saling membutuhkan dengan kebutuhan yang berbeda. Aku menghargai keinginanmu.” Kian tersenyum.

Ya. Ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan, sebesar apapun diupayakan. Aku tidak bisa memaksakan perasaanku untuk tetap tinggal bersama Kian yang masih belum membutuhkanku, sementara ada Abiyan yang menunggu dan membutuhkanku.

Kian bangkit dari tempat duduknya lalu mencium keningku.
“Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, sayang. Terima kasih atas tahun-tahun yang luar biasa”. Kian tersenyum. Dadaku sesak saat mendengar kata-katanya. Entah apa yang ia rasakan, kecewa, sedih, sesal, atau bahkan bahagia karena terbebas dari ikatan hubungan yang selama ini mencekiknya.

Seminggu kemudian.

“Aku tunggu sepulang kantor di kafe”. Pesan dari Abiyan yang membuatku senyum lebar dan menggerakan kaki ku untuk cepat –cepat mebereskan meja kantorku yang berantakan sejak dari siang. Kulihat dari kejauhan sosok Abiyan yang sudah duduk dengan secagkir kopi didepannya, dan aku pun melambaikan tangan kearahnya.

“Mas Abi sudah lama?” tanyaku sambil memanggil pelayan kafe untuk memesan.
“Seberapa pun lamanya waktu menunggumu, itu tak membuatku lelah” Abiyan mengatakan ucapan yang tidak pernah aku dengar sebelumnya dari siapapun.
“Ada apa mengajakku bertemu sore – sore begini? Kenapa gak dikantor aja?”
“……..” abi hanya diam.
“Mas Abi? Are you okay?” Tanyaku ragu. Tangan nya mulai menggenggam jemariku yang mulai dingin karna perasaan gugup.
“Aku mencintaimu Di.. Dengan segala logika dan rasional ku, mencoba menyelami kehidupan mu, membuatku menemui dunia lain yang tak pernah ku alami. Dunia dimana logika dan perasaan yang sebelumnya tidak pernah akur, kini mendamai menjadi suatu atmosfer yang menyelimuti kehidupanku. Aku butuh Kau untuk menemani pijakan kakiku dimasa depan, memadukan melodi diantara irama kehidupan dan  menuntunku untuk mengajak mu menuju surga yang sama dengan Tuhan yang sama”
“……”
“Tuhan yang memberikan jalan nya untuk ku bertemu denganmu, melalui mu aku akan mengenal Tuhan.. kita sama-sama menemukan, karna mu aku mencintai Tuhan, dan karna Tuhan aku mencintaimu, biarkan aku menjadi imam untuk masa depanmu”
“Kamu???” Muka ku pucat dan mulai tidak terkendalikan
“Ya. Aku memutuskan untuk memilih keyakinan yang sama denganmu, untuk bersama–sama berjalan di satu track yang sama menuju kehidupan yang Tuhan rancang.”
Aku hanya tersenyum tanpa  bisa berkata – kata karna terlampau bahagia. Abiyan membalas senyumku sambil mengatakan “Bimbing aku untuk masuk dalam keyakinan itu”

Ia mengambil sesuatu yang ada didalam saku celana nya, sedikit susah tampaknya kulihat. Dan betapa terkejutnya ketika yang ia perlihatkan adalah sebuah kotak kecil berwarna merah, yang berisi sebuah cincin.
“Menikahlah denganku, Diandra. Aku ingin menjalani Ramadhan pertamaku bersamamu.” Ia menatapku sambil menyematkan cincin di jari manisku.
“Terima kasih Mas Abi, terimakasih untuk kesempurnaaan atas impianku”

KAU adalah bahasa Tuhan yang diajarkan kepadaku  tentang keindahan yang sulit kutemui di bumi ini.
Dan KAU adalah Abiyan.

Minggu, 21 April 2013

#Trip Yogyakarta I'm in love

Kenapa judunya Yogyakarta I'm in love ya?
Bukan karna gw ketemu jodoh gw disana loh..
hihihihi 
Tapi memang Yogyakarta ini menyimpan 1001 kenangan buat gw.
Kota jauh pertama yang gw kunjungi sendiri tanpa keluarga
Yaaa bisa dibilang Jogja ini adalah cinta pertamanya gw deh
Sejauh apapun gw menginjakan kaki ke kota-kota indah lainnya selalu hatinya pengen balik lagi kesana.
#Tsaaah ^o^

Pertama kali menginjakan kaki di Jogja itu sekitar tahun 2010
Belajar backpacker-an bareng temen-temen gw.
naik kereta ekonomi Jakarta-Jogja-Jakarta
Nginep di homestay yang harganya masih 70rb/malem (termasuk mahal sih ya)
Naik trans jogja ke Candi Prambanan
Naik bis (lupa namanya, sejenis kopaja gitu) ke Borobudur.
Ditipu sama abang-abang tukang becak.
Nyasar di Malioboro.
daaaan masih banyak lagi
Ah. Memories.
 Sayang foto-fotonya entah kemana :(

Cuma ini yang tersisa, hikkss
Nah. Alhamdulillah kemarin ini gw dapet kesempatan trip to Jogja sama temen-temen kantor.
Seeennneeennngggggg ^0^
Pertama kali ditawarin, gw langsung bilang MAU!
hahaha
Sampe salah satu temen gw bilang gw orang yang paling semangat buat berangkat :D

Berangkat tanggal 28 Maret 2013 jam 10 malem
Deplam Crew
6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan
dijemput sama mobil travel ke kantor.
Sempet ada trouble sebelum berangkat karna misscom antara kita, supir travel, dan CP travel.
Tapi alhamdulillah selesai :D
 Gw sih gak berasa naik bis, tapi kaya naik jetcoaster yang di Dufan.
Cepeeett banget, rasanya pengen nyambi bikin surat wasiat selama diperjalanan takut ada apa-apa -,-
Mana si abangnya bilang mobil ini abis tabrakan Zzzz 

Nih dia travelnya :o
Tapi anehnya, biar kata tuh mobil travel cepet banget, tapi tetep aja nyampe jogja itu jam 8 malem keesokan harinya Zzzzz --"
Yap It's mean I was sitting on the bus for 22 hours
*pengsan*
No make up, No shower, No prayer (OH NO!!)
Beginilah tampang kucel 22 jam didalem travel -,-
Sampe di penginapan langsung mandi dan celana gw gak bisa dicopot
OMG!
Kaki gw bengkak sebengkak-bengkaknya T.T

Taaappiii,
semua itu kebayar lunas nas nas ketika keluar dari penginapan dan menginjakkan kaki di alun-alun selatan untuk makan malam.
Aaaahh... Kangeeenn.. 
Kalo aja tuh pohon bisa gw peluk, beneran gw peluk kali yah, hihi.

Pohon kembar di Alun-alun selatan Yogyakarta
"petromak" light dinner ^o^
Makan malemnya sih biasa, cuma nasi goreng plus weddang ronde, 
tapi suasananya itu loh.
MAHAL!!

Jauh-jauh pergi ke Jogja bareng temen-temen kantor, eeh ketemu Devia and the gank.
Hiihiih. Memang jodoh yess kita :D
\(^o^)/
Cape muter-muter keliling alun-alun, pisah sama devia and the gank, pulang ke penginapan dan tidur :D

Besok paginya Deplam Crew goes to Gunung Kidul
Ada apa disana?
Honestly, I don't know
Sebenernya sih gw pengennya kita pergi ke Prambanan atau Borobudur
Soalnya klo ke Jogja tapi gak ke Candi tuh kaya gak ke Jogja, hihihi
Tapi ya apa boleh buat, waktunya mepet jadi yowesh ngikut sajoo :D

Nah disini ada kesalahpahaman lagi hhuhu
Bilangnya mau ke Pantai, eh ternyata ke Goa Sriti.
Alhasil kita semua beli baju dadakan di sana karna tempat mainnya basah-basahan.
Kayanya seru nih, hihihi.

Shoping dadakan -,-
 Goa Sriti ini berada di Padukuhan Karangmojo, Desa Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
 Goa Sriti termasuk jenis goa basah, karena didalamnya mengalir sungai.
Dan merupakan goa bawah tanah dengan kedalaman 10 meter dan panjang goa sekitar 100 meter dengan waktu tempuh sekitar 1jam
Beeuuhh :D 

 Sebelum masuk ke Goa Sriti, team ditemenin sama 3 tour guide
Petunjuk jalan, Pemeriksa kelengkapan team, dan yang pegangin kamera ^o^
Dilengkapin dengan helm, sepatu, dan pelampung.
Sebenernya gw agak aneh, ko pake pelampung ya? emang kita mau berenang?
Sepatunya pun khusus.
Gak lama setelah persiapan "tempur" selesai,
team diminta untuk naik ke mobil bak terbuka yang sebelumnya di penuhin sama ban-ban.
Duuh makin bingung deh ya..
Masuk ke goa pake pelampung, sepatu, trus ban?
*garukgaruk*


 Sebelum masuk Goa, kita semua berdoa.
Supaya dikasih keselamatan, kemudahan, kelancaran
Salah satu tour guide bilang,

"Didalam nanti, ada satu bagian dalam goa, dimana kita akan merasakan kenikmatan, gak pengen makan, gak pengen minum, jangan sampai kalian mengikuti hawa tersebut, tetap berhati-hati"

Agak serem yah, hihihi..

Foto dulu sebelum masuk Goa, chiiiiiiissshhh ^.^
Pertama kali masuk Goa, rasanya tuh..
hhmmm.. sereeemm..
Turun kebawah kaya tempat persembunyian jaman penjajahan,
batu semua, trus banyak gemericik air dimana-mana.

Pernah liat liputan rumahnya Ki Joko Bodo?
Ya seperti itu lah kurang lebih..

Disinilah pertanyaan soal pelampung dan sepatu khusus terjawab.
Ternyata, medan di dalam Goa itu batu-batuan yang udah lumutan,
mungkin karena terkena air terus-terusan kali ya.
Lembab.
Trus kenapa harus pakai pelampung?
Karena, untuk mencapai "ruang" demi ruang didalam Goa kita harus nyebrangin air yang dalem banget, klo ga pake pelampung, yakin pasti tenggelem.

Gw aja yang lumayan tinggi (lumayan loh, lumayan! protes ajah hohoho)
sampe gak nginjek lantai dasarnya, harus berenang.

Beginilah kira-kira gambaran goa Sriti
Dipertengahan jalan, salah satu tour guide nyuruh kita duduk ditengah-tengah Goa yang aliran airnya kecil,
Namanya lupa, tapi ada cinta-cintaanya deh pokonya.
Disitu kita berdoa.
Yang udah nikah, semoga pernikahannya langgeng sampai meninggal,
Yang udah nikah tapi belum punya anak, semoga setelah dari ini tiba-tiba punya anak (maksudnya cepet-cepet hamil, hihi)
Dan yang belum nikah (Seru nih, haha) semoga cepet dipertemukan sama jodohnya terus dinikahin.
AAAMMMIIIIINNNN.........
Hhahaha

Setelah keluar dari Goa Sriti dengan selamat sentausa,
team istirahat sejenak di luar Goa.
Trus dilanjutin naik mobil bak ke......... (lupa juga namanya)
Aaahh payah nih yang nulisnya kebanyakan lupanya, ahaha. *sungkeemm*
Kayanya sih gw memang gak nanya nama tempatnya apa hehe *ngeles*

Team diturunin ditengah-tengah kebun kayu putih,
diminta untuk pegang ban sendiri-sendiri.
Waah, dimana sungainya? Qo disuruh pegang ban?
Sejauh mata memandang, disana cuma ada alang-alang plus ribuan pohon kayu putih.
Ternyata team harus jalan dulu *LapKeringet*


Kira-kira 10 menit perjalan team harus menyebrangi sungai yang alirannya lumayan deras.
Beberapa kali gw jatuh-bangun (hobi banget dah ah)
karna memang medan sungainya itu batu-batuan ditambah aliran airnya yang lumayan deras dan harus megang ban segede gaban.
Fiiuuhhh :D
Tapi serius, ini serrruuuuuuuu \(^o^)/
Duduk diatas ban dan membiarkan arus yang membawa kita entah kemana *tsaah* haha.
Relaaax

Setelah main-main air, team kembali lagi ke travel.
Mandi, makan, daaannn goes to Maalliioobboorrrooo.
HHoorree!!!

Ngapain?

Belanja sodarah-sodarah, hihihi.

Kalap sekalap-kalapnya deh pokonya.
Sampe gw misah dari rombongan (bertiga sih) buat menyelusuri toko demi toko di Malioboro.
Hasilnya?

Taaarraa....
Thanks to Mas Ijal and Mas Ferdian sudah membawakan tas belanjaan akooh :D
Puas belanja (Belumm sih, tapi udah hampir jam 12 malem T.T)
Naik becak langsung pulang ke penginapan.
Tidur?
Kagaakk..
*tepokjidat*
Dikarenakan gw, anita, dan tina yang keasikan belanja, kita bertiga lupa makan malem.
Alhasil gw sm anita (Tina ga ikut karna dia mulai meriang) ditemani oleh lelaki-lelaki baik hati, balik lagi ke alun-alun selatan buat makan.
Sebenernya sih gw gapapa kalo memang langsung istirahat aja.
Tapi teman-teman nan baik hati ini maksa buat makan, dengan dalil takut sakit.
Ejiiyyeeee.
Modus aja, padahal mereka masih pengen main.
Hahaha.

Kira-kira jam 1 pagi kita balik kepenginapan.
Daaaan jam setengah 2 pagi gw mandi ddoonnggg.
Bbbrrrr..

Tidur sekitar 3 jam, trus bangun lagi buat packing dan siap-siap pulang.
Diantar taksi menuju stasiun Tugu, 
 Jam 8 pagi kereta berangkat menuju Jakarta.
Yaah, beneran harus pulang ya :(

laalluuu......

Baikkllaaaahhh

It's time to say goodbye, Yogyakarta.
Till' we meet again.

Semoga kunjungan selanjutnya udah sama suami aku yaah.. #eh
Hihihiii.



Thanks for reading,

MeghaFilan
xx






Selasa, 02 April 2013

#Blood4Nation Give blood & save a life!

Hallooo everyone.....

Sudah pernah donor darah?

Tulisan ini adalah rangkuman dari tweet-tweet @Justsilly, @usembassyjkt dan @Blood4Life

Donor darah merupakan salah satu bentuk tindakan sosial yang sangat mulia dan tidak mengenal pamrih. Namun sayang, masih sedikit orang yang tergerak hatinya untuk mau menyumbangkan darahnya.
 Kebanyakan orang takut mendonorkan darah karena menganggap itu menyakitkan, 
bisa membuat badan lemah dan rentan terkena penyakit. 
Padahal, itu tidak lebih hanyalah sebuah anggapan yang keliru. 

 Ngapain sih kita donor darah? 
Kan ngeri yah liat jarumnya. 
Ngeri juga liat darah yg mengalir keluar dr badan kita msk ke kantong
 Banyak yg gak mau donor darah, krn takut jarum... 
bahkan smp ada yg bilang, 
"Gue mending nyumbang APA AJA deh, asal jgn darah, takut gue"
 Dan umumnya ini terjadi pada (maaf) laki-laki. 
Kenapa? 
Karna sifat dasar kita, terutama laki-laki adalah "Self Defense"
Begitu tau akan ada yang melukai, secara sadar kita akn menarik tangan kita untuk melindungi diri.
Otot-otot mengeras,degub jantung menjadi cepat.
 Ini yang menyebabkan akhirnya orang jadi ketakutan, 
dan akhirnya ga jadi donor darah. 
Self Defense membuat kita tegang & urat nadi mengecil jadilah susah ditemukan nadinya.

Jadi harus gimana supaya gak defensive?? 
Tanamkan dalam diri kita bahwa donor akan  sangat bermanfaat buat tubuh kita sendiri.
Hal ini akan membuat kita akan lebih relax.

 Donor darah itu sperti Simbiosis Mutualisme: 
saling menguntungkan, antara pendonor&terdonor. 
Kok bisa gitu?
Karna setiap tetes darah yang kita sumbangkan tidak hanya memberikan kesempatan hidup untuk yang menerima tapi juga memberikan manfaat kesehatan untuk kita.

Manfaat donor darah, antara lain:
  Menjaga Kesehatan Jantung. 
Nah, ini penting banget nih buat diketahui utamanya para Lelaki.
Darah itu mengandung Zat Besi. 
Tingginya kadar zat besi dalam tubuh membuat seseorang rentan terhadap penyakit JANTUNG.
Zat besi yang berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol yang akan menumpuk pada pembuluh darah dinding arteri. 
Dia akan membuat aliran darah tidak lancar sehingga pasokan oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh organ tubuh terutama Otak jadi tidak lancar. 

Jadi jangan heran kalo kamu masih muda udah sering sakit kepala, dada nyeri, jantung debar-debar dsb.. Itu Early warning dari tubuh kita!
Kalo pembuluh-pembuluh darahnya sudah terjadi penyumbatan, once kita makan makanan yang mengandung kolesterol/lemak-lemak tdk sehat resikonya serem

and you know what?
 Dengan tidak pernah mendonorkan darah kita, ini sama dengan kamu MEMPERBESAR peluang untuk terkena serangan jantung dan stroke!
Tuh serem kan?:(
Saat kita rutin mendonorkan darah, itu artinya kita sedang menurunkan risiko penyakit jantung :)

Trus apa hubungannya dengan PRIA?
 kok lebih BERESIKO ketimbang wanita?
Karrna kalo wanita tiap bulan rajin "donor alami" lewat menstruasi, hihi.

Tuhan itu memang arsitek yang Agung,
darah adalah salah satu keajaiban yang diciptakan Tuhan dalam tubuh kita,
supaya hidup kita bisa berharga untuk orang lain.
Nah dari pada darah yang Tuhan kasih secara gratis ini numpuk terus dalam badan kita dan JADI PENYAKIT, kita sumbangin aja yuk :) 

Kalo takut sama jarum, coba fokus ke hal-hal yang bisa membuat kita punya spirit yang KUAT untuk mendonor.
Sekantong darahmu means sebuah "Nyawa"

Manfaat yang kedua adalah:

 Regenerated!
Tiap kali mendonor sumsum tulang kita akan segera memproduksi ulang sel darah merah yang telah hilang.
Jadi, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru stiap kali kita mendonorkan darah.
Kita jadi lebih segar jadinya.
Waah..

Manfaat yang ketiga, kayanya akan bikin cewe-cewe histeris, hihi.

Membantu penurunan berat tubuh.
Yuupp!
Hasil pnelitian donor sebanyak 450 ml darah dapat membantu membakar kalori 650 kal.
Disamping bisa menyelamatkan banyak nyawa, kita juga bisa sehat dan gak perlu bayar mahal untuk ikutan metode penurunan berat badan ditempat-tempat fitness.
Yeaayy.

Dan manfaat yang terakhir adalah:

 We feel good by doing good
Gak usah pikirin pahalanya dulu.
Bayangin ini:
Satu ketika ada anak yang lagi diwisuda, naik ke podium, dan bilang
 "Kalau dulu tidak ada donorin darahnya BUAT papa saya, saya mungkin tidak akan bisa berdiri disini, diwisuda dan jadi sarjana"
Coba deh rasain bahagianya bisa nolongin orang lain.
*Senyummanis*

Sudah yakin untuk donor?

Balik lagi ke acara Blood4Nation

Tanggal 13-14 April 2013
@usembassyjkt bekerja sama dengan @Blood4LifeID dan @Palangmerah
akan mengadakan donor darah di beberapa kota di Indonesia.

Untuk yang di Jakarta akan diadakan di Pasific Place lvl.3
Jam 08.00 - 15.00 WIB

Sudah siap jadi PAHLAWAN ??

Yuuk datang ke Blood4Nation di kota kamu :))



Selasa, 12 Maret 2013

Heaven by your side

 You and I, cannot hide
The love we feel inside
The words we need to say. 

I feel that 
I have always walked alone
But now that you're here with me
There'll always be a place that I can go.
Suddenly our destiny
Has started to unfold.
When you're next to me
I can see the greatest story love has ever told.

Now my life is blessed
With the love of an angel.
How can it be true?

Somebody to keep the dream alive.
The dream I found in you.
I always thought that love would be the strangest thing to me

But when we touch,
I realise that I found my place in heaven by your side.
I could fly, when you smile. 
I'd walk a thousand miles to hear you call my name.

Now that I have finally found the one who will be there for me eternally my everlasting sun.

Suddenly our destiny has started to unfold.

When you're next to me I can see the greatest story love has ever told. 

Now my life is blessed with the love of an angel.

How can it be true?
Somebody to keep the dream alive. 
The dream I found in you.
I always thought that love would be the strangest thing to me.
But when we touch, I realise that I found my place in heaven by your side. 
That I found my place in heaven by your side

Heaven by your side, 

Heaven by your side

Heaven by your side

-a1-

Kamis, 07 Maret 2013

Kill me or STOP talking 'bout Marriage!

I think I'm too bored to talked about this f*cking topic at all
Haha


Everyone knows that getting married is a major life decision. 
Yet people have different ways of knowing when the time is right to get married 
and who to marry

How did you decide to get married? 

Of course..
There are more than one issues for anyone to consider 
before making the decision to spend the rest of your life with someone

Why are they so serious 'bout this topic?
I'm still 23 years old now ( Well, 24 yo actually :p )
and I'm happy with this-free-relationship
Haha


"The age of reason is different from the age of majority. 
It is believed by many experts that the age of reason comes about the age of 25 and that couples should wait until they are at least 25 years old before they marry."


 So, I have more than one year to get married, right?
Surely right :p

OMG I start to talking 'bout that topic
Haha x_x

Well, it's kinda like I really don't care about it,
but actually, I just waiting...
Waiting for the right time and the right person.
I believe that God must have a wonderful plan for me
and for YOU :)

xxx

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Jika aku (jika aku) bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu
(jika aku bukan jalanmu)
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

-Jodoh Pasti Bertemu-
Afgan

Selasa, 26 Februari 2013

Imaginary Shaga -5-

Aku melihat Shaga dari balik kaca ruangan ICU bersama Jodi.
Entah apa yang ada dibenakku saat itu melihat lelaki kecilku terbaring lemah diatas tempat tidur dengan alat-alat yang aku sendiri tidak tahu untuk apa.
Seorang suster sedang memasangkan selang infus di tangan kanan dan selang oksigen di hidungnya.
Alat picu jantung telah dipasangkan didadanya. 
Kini aku bisa melihat denyut jantung Shaga dilayar monitor kecil disamping tempat tidurnya.
Jodi merangkulku.
"He'll be fine, darl"
Aku mengangguk dan menatap kosong kedepan.

Mr. Hugo menengok ke arahku dari dalam ruangan.
Ia adalah dokter yang menangani "kasus" kehamilanku dulu.
Pria setengah baya bertubuh tegap dan sangat ramah.
Ia adalah seorang dokter anak yang juga menangani beberapa kasus kehamilan.
Sudah lama sekali kami tidak bertemu dan aku sangat menyesal harus bertemu dengannya di situasi seperti ini.

"How's your feeling, Gill?"
Mr. Hugo menghampiri dan memelukku.
"I'm not sure"
Jawabku cepat.
Aku mencoba tersenyum, tapi entah bagaimana rupa senyumku.

"Hi Jodi, how's Koa?"
Sapa Mr. Hugo kepada Jodi yang berdiri disampingku
"He's good. Thanks" Jawab Jodi sambil tetap dengan posisi merangkulku.
Mr. Hugo pula yang membantu Jodi melahirkan Koa dua tahun yang lalu.
"Shaga baik-baik saja kan, Dok?"
Aku memberanikan diri menanyakan hal tersebut kepada Mr. Hugo.
Bagaimana bisa jawabannya akan baik-baik saja sementara dengan mata telanjangpun aku dapat melihat keadaan anakku tidak baik.

"Kita bicara diruanganku saja ya" Jawabnya sambil menuntunku berjalan.
Jodi ikut bersama kami.
Pandanganku masih terus menatap kearah Shaga yang masih terpejam didalam ruangan kaca.
Seakan berat untuk meninggalkannya.
"Shaga akan baik-baik saja, Gill, para suster akan menjaganya sampai kamu kembali"
Kata Jodi sambil tersenyum dan aku hanya mengangguk.

Kami masuk keruangan Mr. Hugo.
Tidak ada tempat tidur pasien atau ruang tunggu.
Sekilas ruangan ini mirip dengan ruangan kerja Shane dirumah kami dulu.
Dua buah sofa, seperangkat meja kerja dengan dua kursi di depannya, dan banyak sekali foto keluarga terpampang di meja dan di dinding ruangan.

Kami dipersilahkan duduk di meja kerjanya.
"Well, Gill..." Mr. Hugo membuka pembicaraan. Sementara aku masih asik melihat kesekeliling ruangan.
"Aku telah membicarakan kekhawatiran ini kepada Shane saat Shaga lahir...."
Aku menatap lelaki setengah baya dengan jas berwarna putih yang duduk didepanku sambil memangku dagu.
"Pardon?" Aku memotong kata-katanya sambil membetulkan posisi dudukku.
"Maksudmu Shane tau apa yang terjadi dengan Shaga?" Tanya Jodi sambil mengerutkan dahinya.
Wajahnya berubah menjadi serius.
Aku menengok kearah Jodi sambil menunjukan bahwa pertanyaan itu pula yang ada dibenakku.
Mr. Hugo hanya mengangguk.
Itu berarti Shane memang sudah tau apa yang terjadi dengan anak kami.
Rasanya ingin sekali marah, kenapa Shane tidak memberitahukan hal ini kepadaku.

"Ada apa sebenarnya, dok? Apa yang terjadi dengan anakku?"
Tanyaku sambil berusaha menahan air mata yang telah berkumpul di kedua pelupuk mata.
Mr. Hugo menarik nafasnya dalam-dalam.
"Mungkin inilah saatnya kamu harus tau tentang keadaan Shaga yang sebenarnya"
"Sebelumnya kau pasti sudah tau tentang keadaanmu sebelum melahirkan Shaga yang mengharuskan Shane memilih antara kau atau calon anak kalian yang diselamatkan...."
Tanganku mulai berkeringat, jantungku berdetak dengan sangat cepat.
Jodi memegang tanganku.
"Tapi Tuhan Maha Baik, kalian berdua bisa diselamatkan, tapi...." Mr. Hugo menghentikan kata-katanya sambil menatapku.
"Tapi apa?" Aku dan Jodi bertanya bersamaan.
"Tapi dengan keadaan sistem tubuh Shaga yang abnormal"

Aku menghentakkan tubuhku ke sandaran kursi.
Abnormal? Kenapa?
Selama ini Shaga kelihatan sangat sehat, tidak ada tanda-tanda bahwa ia tumbuh dalam keadaan abnormal.

"Tidak mungkin" Air mataku akhirnya mengalir dengan deras.
Jodi semakin erat menggenggam kedua tanganku.
"Saat Shaga lahir, ada beberapa jaringan ditubuhnya yang belum terbentuk sempurna dan kami menemukan jumlah sel darah putih yang lebih banyak di dalam darah atau sumsum tulangnya. Karna jumlahnya yang meningkat,  sel-sel darah putih yang sebetulnya tidak normal tersebut menggantikan sel darah yang normal. Ketidaknormalan ini membuat fungsi sel terganggu."

"Maksudnya?"

"Ya. Shaga mengidap penyakit Leukimia, kanker darah"

Aku menggigit tanganku sambil terisak.
"Oh God.. kanker? Shaga? Tidak mungkin! Shaga masih terlalu kecil untuk mengidap penyakit ini"
Dadaku sesak. Aku ingin berteriak sekencang mungkin.
Jodi memelukku sambil menangis.

"Leukimia limfasitik akut tepatnya. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak dengan puncak insideasi pada usia 4 tahun. Pada pasien ini terjadi proliferasi patologis sel-sel limfoid muda di sumsum tulang yang akan mendesak sistem hemopoietik normal lainnya, seperti eritropoietik, trombopoietik dan granulopoietik, sehingga sumsum tulang didominasi sel blast dan sel-sel leukemia hingga mereka menyebar sampai ke darah tepi dan organ tubuh lainnya dan akan terlihat tanda-tanda anemia seperti pucat, lelah, lesu, kemudian akibat infiltrasi sel leukemi ke sumsum tulang, demam, infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh akibat aktifitas sel limfosit yang tidak normal, perdarahan kulit, gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, hingga perdarahan otak"

Tuuuhhhhaaaaannnn..........
Aku berteriak dalam tangisku mendengar penjelasan dari Mr. Hugo yang sepenuhnya tidak aku mengerti.
Mengingat lelaki kecilku yang kelihatan begitu sehat, begitu kuat, begitu bahagia mengidap penyakit yang mematikan.
Aku sama sekali tidak bisa membayangkan betapa menderitanya ia selama ini.

"Aku telah memberitahukan hal ini kepada Shane bahwa pada kasus ini kebanyakan penderita tidak akan bertahan lama, tapi Shane tetap yakin bahwa Shaga akan tetap bertahan, dan ia benar, hingga saat ini"

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Hatiku hancur.
Jodi memelukku sambil menangis, aku tau ia pun sangat terpukul mendengar kata-kata dari Mr. Hugo. 
Ia sangat menyayangi Shaga seperti menyayangi anaknya sendiri.




"He'll be fine.. he'll be fine.."
Jodi mengatakan hal yang sama berkali-kali, aku mengangguk sambil terus terisak.
"We'll do our best, I promise.."
Mr. Hugo menghampiri kami dan tersenyum.
Aku hanya bisa mengangguk dan mengatakan terima kasih dengan suara yang tidak sepenuhnya keluar.

Aku berjalan menuju ruang ICU dengan perasaan yang tidak menentu.
Sesekali aku menyeka air mata yang sama sekali tidak bisa aku kontrol.
Jodi pamit ke mobilnya untuk mengambil handphone. Ia akan menghubungi Gina atau Rossie untuk menanyakan keadaan Koa.
Ia juga bilang akan menghubungi Shane agar segera datang kerumah sakit.
Tapi aku menggeleng, rasanya aku tidak ingin bertemu dengan Shane saat ini.
Untuk pertama kalinya aku marah pada Shane karna ia tidak berterus terang tentang keadaan Shaga.

Aku menatap Shaga dari balik kaca.
Berusaha menggapai tangan mungilnya yang terpasang selang infus.

"Bolehkah aku masuk suster?" Tanyaku kepada seorang suster yang keluar dari ICU.
"Maaf untuk saat ini belum bisa" Jawabnya sambil menunjukkan mimik menyesal.
"Please, just a minute" Kataku memohon.
Ia seperti sedang berpikir dan menengok kearah Mr. Hugo yang berada didalam ruangan bersama Shaga.
Mr. Hugo tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, silahkan cuci tangan disebelah sana dan pakai ini" Jawabnya sambil memberikanku sejenis jubah berwarna biru.

Aku menghampiri Mr. Hugo dan tersenyum.
"Thank you.." Kataku sambil memegang tangannya.
Aku segera berjalan mendekati Shaga yang masih tertidur.
Mencium keningnya, mengusap rambutnya, dan menggenggam tangan mungilnya.
Wajahnya sangat tenang.
"Mommy.." Shaga meremas tanganku, matanya masih terpejam.
"Ya baby, mommy's here" Aku mendekatkan wajahku kewajahnya sambil mengusap rambutnya.
Shaga tidak menjawab. 
Jantungku kembali berdetak sangat kencang.
Apa yang dirasakan anakku ini Ya Tuhan?
Bolehkan aku gantikan posisinya sekarang?
Aku tertunduk dan menangis,

"Why are you crying?" Tanpa aku sadari Shaga telah membuka matanya dan melihatku menangis.
"Baby, how's your feeling now?" Aku menatap wajahnya dan mencium keningnya.
"I'm good. but a lil' sleepy" Jawabnya sambil berpura-pura menguap lalu tersenyum, seolah-olah ingin menggodaku.
Aku tersenyum sambil mencium tanganku.
"Why are you crying mom? is there anyone bothering you? Tell me." Tangan mungilnya menyentuh pipiku, berusaha menghapus air mata yang sedari menetes.
Aku menggeleng sambil tersenyum.
"Don't worry mommy, I will keep you safe. I promise.."

Shaga tersenyum sambil terus memegang pipiku. 
Aku memejamkan mataku. 
Merasakan sentuhan lembut dari lelaki kecilku.
Ia tidak mengerti bahwa dirinyalah yang sedang dalam bahaya.
Dirinya yang membuat air mataku tak henti-hentinya mengalir.
"Mommy loves you, baby" Aku mencium keningnya.
"Me too, mom, but I'm not a baby anymore"
Shaga melepaskan tangannya dari pipiku dan merontak.
Aku tertawa kecil.
You know how much I love my son, God..
Please keep him with me, forever.

Jodi telah kembali, ia berdiri dibalik pintu kaca sambil tersenyum.
"Jodi there, say hi" Aku menunjuk kearah Jodi.
Shaga tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Where's Koa, Jay, and Rocco?" Shaga menengok kearahku dan melihat kesekeliling.
Sepertinya ia baru menyadari bahwa ia tidak lagi berada di rumah Rossie.
Aku menjelaskan kenapa ia tidak berada di rumah Rossie. 
Ia hanya mengangguk sambil mengerutkan dahi.
"Hai buddy. Everything ok?" Mr. Hugo menghampiri kami sambil tersenyum kepada Shaga.
"Yup" Jawab Shaga sambil membalas senyumnya.
Aku melirik kearah Shaga dan Mr. Hugo.
Kenapa Shaga terlihat begitu akrab dengan Mr. Hugo sedangkan terakhir kali Shaga bertemu dengannya saat ia berumur 10 bulan.
Tapi aku tidak terlalu memikirkannya, Shaga anak yang mudah sekali akrab dengan orang lain.
Harusnya aku tidak heran.
Mr. Hugo memintaku untuk tunggu diluar sementara ia memeriksa tubuh Shaga.
Ia juga meminta izin padaku untuk mengambil sample darah Shaga untuk diperiksa di laboratorium.
Aku hanya berkata padanya, lakukan yang bisa membuat lelaki kecilku sehat.
Apapun.
"Bagaimana Shaga?" Jodi menghampiriku saat aku keluar dari ICU.
"Ia kelihatan sehat, mungkinkah Mr. Hugo salah menganalisis Shaga?"
Jawabku sambil melihat kearah Shaga yang tidak menangis saat  jarus suntik menusuk kulitnya, seperti sudah terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
"Aku telah menelepon Kian, ia dan Shane akan segera sampai disini"
Aku menatap Jodi sambil menganguk.
Baiklah, aku akan meminta penjelasan dari Shane tentang apa yang telah terjadi dengan Shaga.
"Aku tau kamu pasti sangat marah, tapi berpikirlah positif, hal itu yang selalu kamu ajarkan padaku kan?"
Jodi berdiri disampingku sambil menatap kearah Shaga.
Aku menengok kearahnya.
"Tapi bagaimana bisa ia......."
"Darl, you know how much Shane loves you"  
 Jodi memotong pembicaraanku dan meyakinkanku bahwa Shane mempunyai alasan yang sangat kuat sampai ia tidak memberitahukan hal penting ini kepadaku.
Aku hanya terdiam.
Saat Rossie memberitahukan soal kebangrutan perusahaan kami, aku masih dapat menerima bahwa hal tersebut demi kebaikanku.
Tapi ini?
Rasanya sudah kelewatan.
Jika saja aku sudah tau dari awal, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi.
Kami berdua bisa melakukan pengobatan sejak awal.
"Gilliaan.."
Aku tidak menghiraukan suara yang memanggilku. 
Hanya menatap kosong kearah Shaga.
Jodi menepuk bahuku dan tersenyum.
"Aku tau kamu bisa menyelesaikan ini dengan baik, darl
"Bagaimana dengan Shaga, Babe?"
Shane memelukku dari belakang sambil mencium kepalaku.
Jodi beranjak menghampiri Kian yang berdiri dibelakangku.
Aku hanya terdiam dan masih tetap melihat kearah Shaga.
Shane beranjak berdiri disampingku dan melihat apa yang aku lihat.
Ia meraih tanganku yang sedari tadi menempel di kaca.
"I'm sorry, babe. Aku tidak ada disampingmu dan Shaga saat kejadian itu berlangsung. Jodi telah menceritakannya"  
Jodi telah menceritakan apa? Apa ia telah menceritakan yang dijelaskan oleh Mr. Hugo?
Shane menatapku dengan tatapan yang memelas, aku menengok kearahnya lalu kembali melihat kearah Shaga. Ia mengikuti penglihatanku.
"Ah, my lil' man, daddy's here, son" Ia berkata sangat pelan sambil menempelkan kedua tangannya di kaca seakan ingin meraih Shaga.
"Babe?" Shane menatapku, menyentuh pipiku, tapi aku tetap diam.
Mr. Hugo keluar dari ruangan ICU, Shane segera berlari menghampirinya.
Ia terlihat tenang walaupun aku tau ia pasti sangat panik.
Shane sangat pintar menutupi perasaannya.
Jodi menarik tanganku dan mengajakku duduk di kursi tunggu bersama Kian sementara Shane berbicara dengan Mr. Hugo.
Entah apa yang mereka bicarakan.
"Kamu kelihatan pucat, sudah makan?" Tanya Kian yang duduk disampingku.
Aku menggeleng.
"Aku akan ke kantin untuk membeli sesuatu, kalian tunggu disini ya" Kata Kian lagi.
Jodi menggangguk, sementara aku hanya terdiam.
Selang beberapa menit Nicky datang sendirian, ia menghampiri kami yang sedang duduk diruang tunggu didepan ruangan ICU.
"How's Shaga?" Nicky sedikit berlari saat menghampiri kami.
"Shaga disana" Aku menunjuk kearah ruangan ICU.
Nicky berbalik dan melihat kebalik ruangan kaca.
"Oh My God, Shaga"  
Kata-kata itu yang pertama kali keluar saat Nicky melihat ke arah Shaga.
Matanya berkaca-kaca.
Ia menengok kearahku dan Jodi lalu berlari kearah Shane dan Mr. Hugo.
Mereka bertiga berjalan menuju ruangan Mr. Hugo.
Kian membawakan dua gelas teh hangat dan beberapa donat. 
"Thanks Kian, but I'm not hungry" Kataku sambil mengambil segelas teh hangat dari tangannya.
"Aku tau. Tapi kamu harus makan sedikit" Sahut Kian.
"Please, demi Shaga" Sambung Jodi.
Aku menatap kedua sahabatku ini sambil tersenyum.
Jodi memberiku satu buah donat keju, air mataku mengalir mengingat donat keju adalah makanan kesukaan Shaga.

"Memang sepertinya tidak tepat membicarakan hal ini sekarang.."
Kian memasukan satu buah donat coklat kemulutnya.
Aku menengok kearahnya.
Sungguh, aku tidak ingin mendengar berita buruk lagi. Apapun itu.
"Hunny, pelan-pelan" Kata Jodi sambil membersihkan sisa coklat di sekitar bibir Kian dengan tisu.
"Ada apa?" Tanyaku pelan.
"Westlife akan memulai konser reuni minggu depan." Jawab Kian sambil tersenyum lebar.
Aku melihat kearah Jodi yang juga tersenyum, lalu melihat kearah Kian.
"Hey? Kenapa?" Tanya Jodi yang melihatku tidak bersemangat mendengar kata-kata Kian.
Aku menggeleng sambil tersenyum.
Entah aku harus senang atau sedih.
Yang ada dipikiranku hanya Shaga, Shaga, dan Shaga.

Kian menceritakan hasil meeting mereka dengan Louis tadi siang.
Ia menceritakan dengan sangat semangat.
Aku hanya tersenyum mendengarkan perdebatan Kian dan Jodi.
Perdebatan yang mereka selingi dengan tawa untuk membuatku tersenyum.

Shane duduk disampingku sambil memegang tanganku.
"Sepertinya kalian harus beristirahat, terutama kamu, Gill" Kata Nicky yang berdiri tepat dihadapanku.
"Aku akan menjaga Shaga disini, kalian istirahat saja" Jawabku sambil mencoba tersenyum.
"Aku yang akan menjaga Shaga sampai kalian kembali, ia akan baik-baik saja, aku janji" Kata Nicky sambil memegang tangaku.
Shane tersenyum dan berdiri meraih tanganku.
"Come on, babe.. Kita pulang, ambil pakaian, dan mainan Shaga" Kata Shane.
Aku melihat orang-orang disekelilingku.
"Tapi Sligo-Surrey jauh" Sahutku.
Setelah sedikit berdebat dengan Kian, Nicky, Jodi, dan Shane akhirnya aku mengalah dan mengikuti kemauan Shane untuk pulang kerumah.
Selama lebih dari tiga tahun kebersamaanku dengan Shaga, kami tidak pernah pisah jauh.
Aku selalu berada didekatnya, walaupun terkadang Shane mengajak Shaga pergi hanya berdua.
Shane dan aku meminta izin untuk masuk keruangan anak kami.

"Mommy will back soon, baby"  Aku mencium keningnya.

Dear God..
Please take care of my little man
The one with big eyes, and soft brown curls.

He was special, as you should know.